Rabu, 25 Mei 2016

[DRAMA] Langit Dua Dunia

Mobil pun berhenti, tembok tinggi itu terlihat jelas, berdiri dihadapanku setinggi langit, entah bagaimana tembok ini dibangun dan disusun, Saya tidak bisa melihat ujungnya.

“Selamat siang, Pak! Mendung yaa, sudah seperti sore hari padahal masih siang…,” sang Sopir berbicara dengan seseorang yang berseragam lengkap, tubuhnya seperti tertutup baju logam, helmnya keren berwarna merah, dia memegang senapan di dadanya.

“S… E… E… D…, Seed?” tulisan berwarna putih di bahu orang itu tampak jelas.

“Social, Economic and Environmental Development… “

“Apa itu artinya?”

“Polisi…,” jawab Kevin singkat, matanya memandang ke arah tumpukan hitam rongsokan jauh disana di Distric-25, Polisi…

“Hei Kaleng!! Kalau diajak ngobrol itu jawab donk!,” dia tak bergeming.

“Oh Tidak...!!! dia mendekat…” bugh… bugh… bugh… derap kakinya berat.

            GLAAGGG!!! Tiba-tiba saja gerbang terbuka, sang Sopir melaju kembali perlahan. Saya lega, pertemuan dengan polisi selalu saja menyisakan rasa takut. Saya tak percaya ada orang seperti itu yang bekerja hanya untuk menjaga gerbang sendirian.

                “Dia bukan manusia kok…,” tiba-tiba Kevin berkata, apa? Dia membaca pikiran Saya lagi?
                Mobil bergerak masuk ke dalam lorong gelap, tiba-tiba ada seperti 2 garis lurus bersinar di sepanjang tepi jalan, dingin. Saya tidak bisa melihat apa-apa di depan sana. Mobil pun berhenti.

            “Bantu Aku…,” hah??

             “Bantu apa?,” Saya samasekali tidak mengerti apa yang dikatakan Kevin, sekarang dia sering mengatakan hal-hal yang…

                “Bantu Aku dengan do’a… mudah-mudahan kita bisa melewati lorong ini dengan selamat,” Kevin tertunduk lagi.

                Apa maksudnya melewati lorong ini dengan selamat? Apa sebelumnya ada yang tidak berhasil melewati lorong ini dengan selamat? Berakhir dalam keadaan terluka? Mati? Hah!! MATI…

                ZZLLLLLRRRDDD… cahaya merah seperti tembok laser tampak di depan kami. Piiiippp… Piiiippp… Piiiippp… bagian depan mobil masuk menembus tembok laser, perlahan terus masuk dan berhenti pada tempat sopir duduk. Piiiippp… Piiiippp… Piiiippp… suara itu terdengar lagi, entah apa yang sedang terjadi saat ini.

                “Kita Akan pulang, Kal… Aku berjanji akan membawa kamu pulang,” Kevin masih saja tertunduk, sepertinya pulang adalah... ZZLLLLLRRRDDD… mobil kembali bergerak, cahaya merah itu mulai mendekati Saya dan Kevin.

                Ya Allah, sebenarnya Saya ada dimana?? Selamatkan jalan Saya ini Yaa Allah… Saya tidak tahu apa yang akan terjadi diluar sana, tapi setidaknya biarkan Saya tetap hidup. Kalaupun saya tidak bisa bertahan. Tidak bisa melewati tembok ini, mudah-mudahan Engkau selalu menjaga Ibu… Ibu… Ibu… Saya ingin pulang, Ibu… Haikal kangen Ibu, maafkan Haikal yang sering nakal, sering gangguin Melisa… Melisa… jagalah Ibu, mungkin Kakak tidak bisa pulang dalam waktu dekat, jagalah dia Melisa… Ya Allah…

                ZZLLLLLRRRDDD… cahaya itu makin mendekat, perlahan tubuh Saya masuk kedalam sinar itu, Kevin di depan Saya masih saja tertunduk, paha kiri, pundak, telinga Kevin mulai masuk… mata, hidung seluruh tubuh kami masuk ke dalam tembok laser itu, semuanya terlihat merah, silau.
                Ya Allah, Saya ingin pulang…

                Piiiippp… Piiiippp… Piiiippp… gelang di tangan Kevin berkelip lalu padam. Kenapa?? Itu?? Saya tidak mengerti, apa ini saatnya?? Saat penentuan layak untuk lewat atau tidak?. Piiiippp… Piiiippp… Piiiippp… kini gelang ditangan Saya yang berkelip…. Piiiippp… Piiiippp… Piiiippp… bunyinya makin keras, tidak… Saya memejamkan mata.

                Ya, Alloh ampuni Saya pernah nyolong jambu di rumah Bu Narto… ampun banget, ga kan ngulangi lagi deh… dulu pernah nyontek juga, tapi itu kepepet, Ya Alloh engkau juga pasti ngerti …

                Brummm… Saya tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi nanti, Saya pasti masuk penjara, dibunuh, dibuang, disiksa. Polisi, tembok pembatas… Penyelundupan?? Pantas saja Kevin meminta Saya untuk berdo’a, ini sepertinya akhir hidup Saya.

                Angin bertiup menyapu rambut Saya. Tidak!! Apakah sekarang semua hukuman untuk Saya sang penyelundup akan dimulai ?? Ibuuu… Haikal sayang Ibuuu….

                “Kal, udah woii!!”

                “….” Hah?.

             Perlahan Saya membuka mata dalam takut, benar-benar takut, tapi ini hangat, cahaya matahari hangat jatuh di pipi Saya, Saya melihat ke sekitar, di sebelah kanan Saya tembok tinggi menjulang semakin menjauh, oh bukan… kami yang menjauh dari tembok itu, tembok yang seperti memisahkan dua dunia, , langit tampak cerah, kemana Tuhan akan membawa Saya pergi…
               



Saya sedang sibuk

Bandung, 25 Mei 2016

2 komentar:

  1. Wah tumben bukan Iman lagi :D
    Menarik sih Man, tapi gua agak bingung sebenernya apa yang terjadi. Siapa Kevin dan Haikal, apa mereka mati pada akhirnya? Atau dibawa ke tahanan? Atau bukan itu sama sekali?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus