Rabu, 27 April 2016

[FANTASI] Romeo And Juliet

Hampir selesai. Satu lagi dan aku akan bahagia. Kutukan ini tidak akan menggangguku. Satu kali reinkarnasi lagi dan aku akan mampu menikmati kehidupan yang bahagia.
Delapan kali reinkarnasi aku harus menjalani kisah cinta yang tragis, aku harus bunuh diri di depan orang yang mencintaiku dengan sepenuh hati. Setelah menjalani kehidupan yang kesembilan, baru aku bisa mendapatkan kehidupan yang berakhir bahagia, dengan siapapun yang aku mau.

Harusnya dulu aku terima saja cinta Cupid sang dewa cinta berwajah manis itu. Namun dengan kecantikanku yang terkenal, aku bisa mendapatkan semua laki-laki yang aku mau. Jadi kenapa aku harus terpaku pada satu pasangan. Aku tidak akan merelakan kebebasanku, meskipun itu dengan sang dewa cinta.

Sekarang aku harus seperti ini, terlahir menjadi seorang Juliet.

Aku terbaring setengah mati. Habis meminum obat yang membuatku lumpuh. Persis seperti orang mati. Nanti ketika Romeo datang menyelamatkanku harusnya aku bangun dan bunuh diri. Hanya itulah yang perlu aku lakukan dan aku akan muncul kembali di kehidupan yang akan datang menjadi gadis cantik yang bebas menentukan dengan siapapun aku menghabiskan hidup dan bahagia. Sayang sekali Romeo itu harus melihatku mati, padahal aku mencintainya. Dia cukup tampan dan kaya raya. Perjuangannya mendapatkan hatiku juga tidak dapat aku lewatkan begitu saja.

Di kehidupanku yang pertama aku harus menjadi seorang Ratu bernama Cleopatra, membunuh diriku di depan Anthony yang mencintaiku dengan berkorban ratusan nyawa prajuritnya. Entah aku harus menjadi siapa lagi. Yang aku tahu aku harus menemukan seseorang yang mencintaiku dengan tulus kemudian aku harus membunuh diriku di hadapannya. Semua tidak akan berhasil jika aku tidak menemukan orang yang benar-benar mencintaiku.

Aku terbaring lama sekali menunggu hingga Romeo datang menyelamatkanku. Akhirnya setelah hari telah cukup tua untuk berganti menjadi malam, ia pun datang.  Dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, dan darah yang menetes di bawah hidung juga sudut mulutnya.
Perlahan dia meminumkan penawar racun di mulutku. Terasa masam di mulutku. Tapi aku terhentak dan jantungku kembali berdetak. Aku memeluknya pertama kali ketika otot-ototku sudah menemukan tenaganya.

“Romeo, aku menunggumu. Syukurlah kau tidak kenapa-kenapa.” Bisikku di telinganya. Masih terlalu lemah untuk berbicara.

“Juliet? Benar apa yang orang katakan. Kau berpura-pura mati?”

“Ya, Romeo.” Tanpa basa-basi aku mengambil belati yang aku siapkan sebelum aku meminum racun. Gagangnya yang dingin terasa di telapak tanganku.

“Romeo, tidak ada kesempatan untuk cinta kita di dunia. Kita tidak mungkin hidup di dunia yang penuh kebencian seperti ini. Aku telah memutuskan, aku akan mencintaimu dengan abadi. Di surga.” Tanpa basa-basi aku menikam tubuhku sendiri. Tepat di perut.

Aku mulai kehilangan kesadaranku dan darah mengalir deras dari tubuhku. Cairan hangat itu membasahi gaunku. Romeo panik dan mengguncangkan tubuhku keras-keras. “Juliet, apa yang kau lakukan?”

Lalu pintu di ujung Gereja tempat aku disemayamkan terbuka. Seorang gadis berlari mendekat.

Ada pekik terkejut dari mulutnya. “Dia mati?”

Romeo hanya menjawab, “Iya.”

“Jadi akhirnya kita bisa bersama sekarang?” tanya gadis itu lagi. Romeo hanya melumat bibirnya penuh gairah.

Tunggu! Bukankah itu berarti dia tidak mencintaiku?

Cupid tertawa di ujung sana. “Kau tidak akan menemukan kebahagiaanmu. Perjanjian kita batal. Romeo tidak mencintaimu.”

4 komentar:

  1. karena itulah motto tak resmi kita adalah "konfirmasi, bukan asumsi." :D
    twistnya oke Fir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini kalo ga nulis kaya dikejar editor sih gw ceritain dulu background storynya Si cupid dan Juliet kenapa kena kutuk. mungkin nanti di suspense mwehehe

      Hapus
  2. Iya ini buru-buru banget bo. Banyak yang cluttery dan bertele-tele. Ngulang kata-kata yang sama beriringan. Jadi pengalaman membacanya kurang enak karena tersandung-sandung.

    Masih perlu diperhalus sih Fir. Soal latar belakang Cupid gapapa kalo ga dijembrengin sekarang, bukan itu yang menurut gw melukai cerpen ini. Gitu aja sih, perlu dirapiin aja kalo menurut tante.

    BalasHapus