Selasa, 12 April 2016

[SAHABAT] Surat Cinta

Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 Masehi. Raja pertamanya adalah Kudungga, kemudian digantikan Aswarman. Raja terkenal dari Kutai adalah Mulawarman. Mulawarman memuja Dewa Syiwa, maka ia beragama Hindu. Peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Kutai yang terpahat pada tiang batu yang disebut Yupa yang ditemukan pada aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tersebut bercerita tentang Raja Mulawarman yang baik budi. Pada masa pemerintahannya rakyat hidup dengan sejahtera dan makmur. Prasasti ini dibuat untuk memperingati Raja Mulawarman yang telah menghadiahkan 20.000 ekor sapi pada Brahmana. Selain itu, peninggalan sejarah dari Kutai yang lain adalah arca-arca yang terbuat dari perunggu dan emas.

Hmmhhh…

Satu jam sudah Irma menulis di papan tulis, dua buah papan besar di depan kelas sudah penuh dengan tulisan, itu pun sudah beberapa kali dihapus dan diganti dengan paragraf baru,  tangannya sudah pegal berlumur debu kapur, Ibu Rita tidak ada di kelas, ada rapat dengan kepala sekolah, katanya.  Irma melepas nafas panjang, matanya melirik ke arah Reni, saatnya pergantian pemain. Reni sekarang yang menjadi pejabat sementara bagian tulis menulis materi pelajaran di papan tulis, dua paragraf sebelumnya yang sudah Irma tulis dia hapus, tangannya meliuk dengan cepat di papan tulis, irma kembali ke kursinya dengan lesu. Sementara teman-teman lain sibuk menyalin tulisan di papan ke buku tulis mereka masing-masing, termasuk Aku.

Hari ini Aku begitu semangat menulis, entahlah. Sudah tiga hari Aku tidak berani mengajak Nisa yang duduk sebangku denganku untuk berbicara. Aku merasa begitu bersalah karena tidak mengantarkan dia pulang tepat waktu ketika mengikuti pawai obor, Aku bersalah, Aku ingkar janji.

Ini sebenarnya bukan kali pertama Aku melakukan kesalahan kepada Nisa, tapi kali ini terasa begitu berat. Seharusnya Aku bisa meminta maaf dengan mudah, biasanya Nisa pun memaafkan dengan mudah, tapi kali ni,,,  tapi … tangan Nisa … tangan Iman … Hmmh.

Cemburu??. Tidak, buat apa cemburu?, Iman itu sahabatku, iya dia hanya sahabat kok, Nisa juga sama, tapi kali ini terasa berat untuk bisa menganggap semuanya biasa saja, seperti ada teka-teki di kepalaku yang tak bisa Aku pecahkan, jalanku seakan tertahan tanpa petunjuk. Nisa… Iman…
             
“Yang ini sudah belum??,” telunjuk Reni mengarah ke papan di sebalah kanan, rok merah yang dikenakannya mulai terkena debu kapur.

“Sudah hapus saja,” seseorang menjawab dari belakang, Si Yana sepertinya.

“Dwi..??,” Reni melirik ke arahku, meminta persetujuan.

“Hapus aja, Aku udah kok,” jawabku santai.

“Tumben…,” tiba-tiba saja Iman melirik ke belakang, ke arahku, menatap penuh heran, Aku memang duduk dibelakang dia, deret ke empat baris ke tiga.

“…,” Aku hanya bisa menjawab lewat senyuman, mulutku seperti terkunci, entah. Aku takut mengeluarkan kata.

“Kamu sariawan yaa Wi??, atau lupa nyikat gigi?,” tangan kanan Iman pindah ke atas mejaku, jarinya memegang tepian meja.

“…,” seyuman kecil lagi untuk Iman, Aku tak sanggup berkata.

“Huh, dasar gila!!!, Iman kembali menghadap ke depan, tangannya kembali menyalin tulisan di papan tulis, tangannya …

SREEEKKK… Nisa menyobek satu halaman kertas dari bukunya lalu menuliskan sesuatu, perlahan sobekan kertas itu dia geser kepadaku.

Maaf.

Tulisan tangan Nisa begitu rapi, singkat. Jantungku seakan ditekan kuat berkali-kali.

Maaf tuk apa?.

Aku geser kertas di mejaku kembali ke Nisa. Dia mengambil dan membacanya, lalu menuliskan balasan untukku.

Harusnya Aq ga ninggalin Kmu sendirian malam2 waktu pawai obor kemaren Minggu.

Ga Nis… Aku yang salah.

???

Harusny Aq cepat2 nganterin Kmu. Maaf Aq ga nepatin janji. Harusnya Aq cepat2 minta maaf.

Aq jg salah wii, pulang duluan, harusnya g ninggalin Kmu.

Tetep z Nis, maafin Aq ya…

Wi, Aq pasti akan maafin Kmu ko, tanpa harus diminta…

Mataku mulai berair, segera ku usap, Aku tak ingin Nisa melihat Aku menangis.

“… Dwiiiiii…,“ tiba-tiba Nisa bersuara, seluruh kelas memandang ke arah kami. Aku menatap Nisa, air mata meluncur deras di pipi Nisa.

“Nisaaaa…,” segera ku peluk Nisa erat-erat, dia pun mendekapku kuat, air mataku melelah tak tertahan… Sudah lama Aku tidak menangis bersama Nisa, ingusku ikut mengalir.

 “Ehhhh, ada apa ini ??? ko malah pada nangis bareng gitu,” Tiba-tiba Bu Rita masuk ke dalam kelas. Aku tidak peduli, suara tangisan Nisa malah semakin kencang.

Seluruh kelas kebingungan, mereka tidak pernah melihatku menangis sebelumnya, dan yang paling merasa bingung adalah Iman.

“Iman!!!, pasti ini ulah kamu kan??, Kamu apakan Dwi dan Nisa??!!.”

“Lah! Ko jadi Saya yang disalahin sih, Bu?.”



Bandung yang terkadang membuat bingung
10 April 2016
             

*) http://www.slideshare.net/andriantofg/materi-ips-sd-kelas-5-sd

5 komentar:

  1. Luarrrr biasa. Kompleksitas dari kesederhanaan. Hebat. Tuangkan dong Jei ke Hana Caraka (agenda pribadi) hahahah

    BalasHapus