Minggu, 17 April 2016

[Orang Acak] Indomie dan Kopi Pegunungan Si Acak

"Sukaca Dinata, panggil aja Kaca" kata orang itu sambil menjabat tangan Fadly,
"Haha, anjir, apaan sok resmi, udah panggil dia Acak aja Dly," terdengar celetukan Doni, yang dikatain hanya nyengir,
"Haha, oke, Fadly," jawab Fadly sembari balik mengenalkan diri.

Fadly tidak bertanya lebih lanjut, apakah Si Acak mendapatkan nama itu karena dia memang acak, atau karena dia dipanggil dengan nama kebalikan namanya itulah baru kemudian dia jadi orang yang acak, sesuai ungkapan "nama adalah doa". Setidaknya, yang dia perhatikan di kemudian waktu, Si Acak memang sering mengucapkan kalimat-kalimat tidak ada hubungannya dengan apapun yang sedang dibicarakan, kadang terceletuk begitu saja setelah selesai berbicara tentang sesuatu hal, atau setelah tiba-tiba terdiam dengan mata menerawang dengan dahi berkernyit seperti sedang memikirkan masalah negara. 

Si Acak pernah tiba-tiba ngomong "Cap kaki tiga itu andaikan jadi cap kaki empat bakal dikira lambang Nazi juga ya" setelah meneguk larutan cap badak, minuman favorit keduanya setelah kopi. Atau pernah juga ketawa ngakak-ngakak waktu membicarakan salah satu acara semalam di TV kemudian langsung menunduk terdiam, setelah ditanya kenapa cuma menjawab "sedang terpikir sesuatu". Ada juga hal-hal destruktif yang mungkin hanya bisa terjadi pada dia, seperti membuang hampir setengah isi dari Aqua galonan karena dia membiarkan dispenser mengucurkan air mengisi cangkirnya, tapi kemudian dia tinggalkan begitu saja karena tiba-tiba mencari kunci motornya yang sudah hilang semenjak 2 minggu sebelumnya.

Sayangnya, jumlah pertemuan Fadly dengan Acak tidak sebanyak itu, dan kabar terakhir tentang Si Acak dari Doni cukup membuat dia mengernyitkan dahi. Doni bercerita bahwa Si Acak tiba-tiba tidak bisa dikontak begitu saja, dia pun sudah resign dari tempat kerjanya ketika hal itu ditanyakan kepada teman sekantornya. Ditanya lebih lanjut, Si Doni juga tidak bisa memberi jawaban memuaskan, tapi si Fadly maklum, Si Acak walaupun suka banyak omong tapi hampir tidak pernah membicarakan tentang dirinya sendiri, apalagi tentang hal yang pribadi. Dan tidak lama kemudian Fadly pun tidak sesering itu juga bertemu dengan Doni, status barunya sebagai seorang pengantin baru tidak pelak membuatnya lebih banyak senang menghabiskan waktu senggang di rumah.

Itu adalah masa-masa 1 tahun yang lalu, sekarang Fadly sedang ada di sebuah tempat wisata di Jogjakarta, mukanya tampak berkilat karena keringat dan kaos dri fit-nya basah kuyup sehabis perjalanan turun dari Puncak Suroloyo. Jarum pendek jam tangannya menunjukkan sekitaran angka 7. Sudah sekitar 30 detik Fadly berdiri terdiam memandang tulisan yang tertera di spanduk sebuah kedai -yang sebenarnya lebih mirip gubug- itu:

"Indomie dan Kopi Pegunungan Si Acak"

Masih ada beberapa belas detik lagi sebelum akhirnya dia memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam kedai yang dari kaca depannya nampaknya memang hanya menjual Indomie dan kopi sachet-an. Bukan Indomie atau Kopi Pegunungan yang menarik buat dia, tapi tulisan "Si Acak" di spanduk tadi. Seumur hidupnya, hanya 1 orang dengan nama panggilan Acak yang dia pernah tahu, jadi besar harapannya untuk bertemu dengan orang bernama Acak yang sama dengan yang pernah dia kenal. 

"Hei Fadly!"

Gembira hati Fadly melihat sosok dia harapkan untuk bertemu ada di depannya, sesosok manusia bernama asli Sukaca Dinata, yang tampak tidak ada bedanya dengan apa yang dia ingat dari pertemuan terakhir, kalaupun ada yang berbeda, mungkin cuma nyengirnya yang lebih lebar dan pakaiannya yang lebih santai dan gelang di tangannya yang semakin banyak.

Tidak tertahankan lagi oleh Fadly, berbagai pertanyaan yang selama ini dia pendam dia cerocoskan semua. Tentu saja pertanyaan pamungkasnya adalah apa yang terjadi dan mengapa Si Acak sekarang bisa ada di sini.

"Haha, kenapa ya, paling karena aku pikir aku tidak cocok sama dunia yang begitu penuh rutinitas yang kompleks dan yang terlalu banyak informasi bersliweran," jawab Si Acak, Fadly cuma bisa tertawa ngakak, kalau yang mengungkapkan itu adalah orang selain Si Acak, pastilah dia akan mengeluarkan argumen yang berbau solusi dan nasehat dan mungkin akan berujung pada debat. Namun dia memilih untuk melanjutkan obrolan yang mulai ngalor ngidul membicarakan banyak hal: kabar dari Si Doni, bagaimana kehidupan Si Acak di tempat yang baru ini, perihal kenapa indomie kalau dimasak menjadi lembek sedangkan telur kalau dimasak malah menjadi keras, dan banyak hal lainya.

"Tapi kamu percaya tidak, aku sudah menemukan cara terbaik untuk memasak Indomie dan menyeduh kopi sachet paling enak sedunia," kata si Acak beberapa saat kemudian keluar dari tempat kerjanya yang baru -dapur kedai kecil itu- sambil membawa semangkuk indomie rebus telur dan secangkir kopi sachet yang dia sebut kopi pegunungan itu. 

Pernyataan itu kemudian berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan layaknya interogasi yang dilakukan oleh Fadly yang begitu penasaran dengan bagaimana sebuah Indomie dapat dimasak selain begitu saja direbus selama 3 menit. Sayangnya interogasi itu tidak berakhir sesuai dengan harapannya, hingga akhir pertemuannya hari itu, dia tetap tidak mendapatkan jawabannya.

Tapi memang si, Indomie rebus telur dan kopi hitam bikinan Si Acak itulah yang terenak yang pernah dirasakan oleh Fadly, yang mungkin tidak pernah ada tandingannya lagi seumur hidupnya. 

4 komentar:

  1. Jadi gimana caranya nyeduh indomie paling enak sedunia itu? Jadi penasaran. Bagian ini kayanya bisa diolah lagi nih Mas: Sayangnya interogasi itu tidak berakhir sesuai dengan harapannya, hingga akhir pertemuannya hari itu, dia tetap tidak mendapatkan jawabannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi gimana mas enaknya? hehe, btw overall kaya kurang detail dan terburu-buru tak?

      Hapus
  2. Selamat datang Damas. Langsung aja yaa...

    Lu suka nulis ya? Sebenernya keseluruhan cerita mengalun enak. Ceritanya juga menarik. Tapi lu masih bisa bikin cerita yang sama jadi lebih atraktif lagi. Di blog ini kita belajar bikin cerita yang hooking, dengan build up dan pay off yang menggemaskan, sehingga pembaca lebih terbawa masuk ke ceritanya. Jadi coba mungkin lain kali di cerita-cerita berikutnya pertimbangkan hal-hal sbb:

    Hook. Kasih hook di awal cerita yang membuat pembaca tertarik. Sebenarnya percakapan di awal cerita bisa jadi menarik banget, tapi kemudian ceritanya jadi makin 'hambar' sampai ke tengah, lalu tiba-tiba lu bilang 'tapi itu cerita 1 tahun yang lalu.' Ini kurang efektif. Ada baiknya hook yang lu kasih (untuk cerita ini sih, cerita lain mungkin berbeda) terjadi di saat sekarang, dan dalam sebuah aksi. Misalnya, cerita dimulai ketika Fadly melihat nama warungnya, dilanjutkan dengan dia masuk ke warung, dst. Terus, jangan menipu pembaca. Ketika lu bilang bahwa beberapa paragraf di atas adalah kejadian setahun yang lalu, pembaca akan ketarik keluar lagi dari ceritanya, karena barusan mereka berpikir bahwa kejadiannya sedang terjadi di masa ini. Mereka harus menyetel ulang posisi mereka untuk kemudian masuk lagi ke cerita. Jangan seperti itu.

    Info jangan dikumpulkan tapi ditaburkan. Gw mengerti lu pengen pembaca tahu dulu si Acak itu orangnya gimana, sebelum masuk ke cerita. Tapi, kalau pembaca tidak terikat secara emosional ke karakternya, mereka tidak akan peduli sama info-info tentang Acak. Acak punya karakter yang bener-bener quirky, itu harus diperkenalkan dengan cepat di awal, lalu ditabur sepanjang cerita dalam dialog, aksi, baru terakhir kenangan. Jangan beritahu Acak orangnya seperti apa, tapi tunjukkan. Kasih lihat aja ke pembaca gimana Acak dan Fadly berinteraksi, biar pembaca menyimpulkan sendiri betapa uniknya dia.

    http://cemarabercerita.blogspot.co.id/p/menunjukkan-vs-memberitahu.html

    Dialog dan interaksi karakter akan lebih membuat pembaca tenggelam dibanding informasi deskriptif. Jadi dahulukan aksi dulu, lalu kalau mentok, baru info (misalnya gelang-gelang Acak) tapi info juga harus dibatasi untuk info yang benar-benar penting untuk cerita saat itu. Cerita ini potensial untuk jadi komedi kalau lu menunjukkan aksi reaksi karakter-karakternya, tapi ini malah jadi laporan. Sayang banget kalo menurut gw.

    Kalau pembaca belum kenal intim dengan karakternya (melalu dialog dan aksi), info apapun yang lu list mengenai karakter tersebut pasti akan dilewatin sama pembacanya. Sayang kan, buang energi. Gitu dulu aja Dam. Berlatih lagi yaaa.

    BalasHapus