Selasa, 05 April 2016

[MIMPI SADAR] Yana

Kutipan dari barang bukti nomor 1a, kasus suami-istri Sumardja:
Buku catatan harian Anna, putri sulung.


---------

Kamis, 2 Juni,
Sudah tiga malam aku kebangun, selalu jam 2:38 pagi. Kayaknya aku mimpi... tapi gak terlalu ingat mimpi apa, yang pasti pas kebangun baju dan sprei aku basah kena keringat, dan perasaan aku gak enak banget. Baca-baca dari internet katanya nulis buku harian mimpi bisa membantu meringankan mimpi buruk, sukur-sukur malah bisa ngendaliin mimpi sendiri. Salam kenal buku harian, namaku Anna, bantuin aku ya.

Jumat 3 Juni,
Kebangun lagi. Kali ini aku ingat mimpinya, ada nenek-nenek megangin anak kecil yang meronta-ronta sambil melambai ke arahku. Kejadiannya kayaknya di kantin sekolah, atau di rumah sakit ya? Banyak furnitur besi, kursi alas kayu. Mungkin sekolah, aku gak lihat ada tempat tidur tadi. Sekolahku bukan ya? Kayaknya bukan, walaupun mirip. Segitu dulu yang aku ingat, coba tidur lagi ah. Sampai ketemu besok! Eh, nanti pagi! :)

lanjutan--, 

Lanjutin catatannya, mimpi aku semalem berwarna. Kata Santi si klenik itu kalau berwarna artinya mimpinya ada maknanya, apa ya kira-kira? Yang aku ingat muka anak itu aja yang kayaknya pengen banget lepas dari nenek-nenek itu. Mungkin itu kenapa aku bete terus waktu bangun. Mana muka si nenek itu serem lagi.. hih..


Sabtu 4 Juni,
Tumben hari ini aku tidur lelap. Gak mimpi sama sekali. Mungkin karena kamu ya buku harianku? Tiga hari aja langsung beres. Syukurlaah..


Rabu 8 Juni,
Mulai lagi deh. Semalem aku mimpi itu lagi.. sama seperti sebelumnya aku kebangun, jam 2:38. Apa karena aku kecapekan ya? Mungkin gara-gara aku nyobain ikutan ekskul gitar di sekolah kemarin, sekalian ngecengin si Ben anak exchange student itu :3. Biarin instrukturnya galak juga.. Duh, ujung jariku sakit semua gini. Lain kali aku coba pake plester aja deh.

Kamis 9 Juni, 
Nyesel aku cerita mimpi aku ke si Anton, jadi adik bukannya ngertiin kakaknya, malah nakut-nakutin aku. Semalem seperti biasa aku kebangun jam 2:38 lagi, kali ini pake ketindihan segala, eh ada si Anton berdiri diem aja di depan kamarku, ngeliatin lamaa banget, terus ngeloyor pergi. Waktu akhirnya aku bisa gerak, aku kejar ke kamarnya... eh dia pake gak ngaku segala dong, bilangnya tidur dari tadi. NYEBELIN!

Jumat 10 Juni,
Ketindihan lagi, kali ini yang berdiri di depan kamarku si nenek-nenek itu. Gak boleh dibiarin nih, aku mulai ngerasa kurang tidur. Nanti malam aku mau cobain sekalian aja masuk ke tahap lucid dreaming. Kalo dari yang aku baca, memang sebelum bisa lucid dreaming ada tahap ketindihan dulu.

Sabtu 11 Juni,
Tiap aku ngerasa mulai sadar itu mimpi, makin banyak sosok yang datang, bukan cuma nontonin aku dari depan pintu kamar, tapi juga di sekeliling tempat tidurku. Nenek dan anak kecil itu ada lagi, si anak kecil masih meronta-ronta, tapi kali ini aku bisa dengar suaranya. Dia panggil namaku. Walaupun megangin anak kecil itu, mata nenek itu gak lepas dari mukaku. Mulutnya bergerak-gerak tapi gak ada suaranya. Merinding aku kalau inget mukanya.

Selasa 14 Juni,
Setelah beberapa hari kurang tidur, akhirnya aku berhasil! Aku bisa sadar aku lagi mimpi, tapi belum bisa ngendaliin mimpinya sih.. pelan-pelan lah.

Rabu 15 Juni,
Anak itu ada lagi di mimpi aku tadi malam. Si nenek gak keliatan, syukur deh, aku agak takut sama nenek itu, lagian kan kasian si anak itu dipegangin terus. (Iya aku tau ini cuma mimpi, tapi tetep aja). Dia panggil aku 'dek Anna'. Aneh ya? Anak kecil sok gede hehehe. Tadi malam di mimpi aku beliin dia  es krim dan teh manis. Kebetulan juga ada tukang balon jadi aku beliin deh. Dia bilang namanya Yana. Anak yang lucu, kami janjian nanti malam ketemu lagi di mimpi aku. Oke deh, mandi dulu, terus berangkat sekolah. Bye buku harian!

Kamis 16 Juni,
Yana nungguin aku di ayunan tadi malam, tempatnya di taman entah yang mana. Dia banyak tanya tentang aku, jadi aku ceritain aja. Mungkin ini cara otak aku istirahat ya. Aku curhat sama Yana tentang macem-macem, tentang sekolah, tentang Ben, tentang Pak Sanusi guru Fisika yang nyebelin itu. Yana keliatannya paling tertarik sama cerita aku tentang Papa dan Mama, entah kenapa mata Yana berkaca-kaca waktu aku cerita tentang mereka. Karena takut dia nangis aku gak cerita banyak tentang mereka.

Jumat 17 Juni,
Nenek sialan itu datang lagi! Aku dan Yana lagi ngobrol di taman yang sama dengan yang kemarin waktu dia datang. Dan langsung dia angkat Yana dan bawa dia pergi! Yana teriak-teriak manggil aku, "dek Anna! dek Anna!" sampe sekarang aku masih terngiang-ngiang suaranya. Aku berusaha ngejar mereka, tapi badanku gak bisa bergerak, kayak ada yang megangin. Semoga nanti malam Yana ada lagi, kalau gak ada aku harus bebasin dia dari nenek-nenek seram itu.

Sabtu 18 Juni,
Tadi malam mimpiku beda tempat, bukan di taman itu lagi. Aku berdiri di depan rumah tua, di depannya ada plang, aku gak bisa baca jelas teks di plang itu, huruf-hurufnya kabur dan goyang-goyang. Cuma ada dua kata yang bisa aku di situ, 'Bidan' dan 'Siti'. Abis itu ada perempuan, kelihatannya satu dua tahun lebih tua dari aku ngedatengin aku, terus dia nyapa aku, "dek Anna.." katanya sambil senyum. Ini emang aneh, tapi aku yakin dia Yana. Walaupun penampilan dan suaranya berbeda dari sebelumnya. Dia cuma berdiri di situ sambil nunjuk plang tadi. Habis itu mukanya berubah sedih, terus aku bangun.

Minggu 19 Juni,
Tadi malam di tempat yang sama dengan kemarin, di depan rumah Bidan itu. Kali ini Yana (yang sekarang berubah jadi bener-bener kayak kakakku) nunggu aku di sana. Ada yang aneh sama mukanya. Entah apa. Kayak sedih dan marah bercampur jadi satu. Yana gak banyak ngobrol tadi malam, dia ngajak aku keliling-keliling kota naik sepedanya. Aku ikut aja. Lucu juga kota kita ini kalau gak ada orang ya. Oya, ada yang aneh, semua jam di kota ini menunjukkan jam 2:38. Aku liat jam tangan di lenganku, jari detiknya bergerak, tapi anehnya tetap di sana. Waktu aku tanya soal itu, Yana cuma ngelirik aku, terus ngomong "tanya aja sama Papa Mama kamu." Aku bakal tanyain mereka hari ini.

lanjutan--,

Ada yang aneh. Aku coba tanya tentang Yana dan '2:38' ke Papa, mukanya itu loh. Kayak ngeliat hantu, tapi cuma sebentar, abis itu dia baca koran lagi. Aku yakin pura-pura. Mama lebih aneh lagi, waktu aku tanya eh dia malah marah. Katanya "jangan aneh-aneh kamu! Nanti malah kesurupan!" Ada apa sebenernya? Nanti malem aku mau tanya ke Yana.

Senin 20 Juni,
Tadi malam aku di depan rumah bidan itu lagi. Yana juga di sana, aku cerita juga aku udah tanya Papa Mama, juga tentang reaksi mereka. Yana gak ngomong apa-apa, tapi tiba-tiba dia nangis. Aku peluk dia, dia peluk aku erat banget. Untuk ngehibur Yana iseng2 aku ajak dia nonton, dia setuju. Sekejap kami udah di ruang bioskop, filmnya sudah di tengah jalan. Kami cuma berdua di dalam ruangan. Di layar tampil sepasang laki-laki dan perempuan di dalam sebuah mobil.. aku langsung tahu itu Papa dan Mama. Papa dan Mama ketika mereka masih muda. Wajah mereka kelihatan kalut, seperti banyak pikiran. Mereka ngobrol, tapi gak ada suara yang kedengaran. Aku teriak-teriak minta suaranya dimainkan ke arah ruangan operator proyektor tapi gak ada respon. Mobil pasangan di layar berhenti, mereka sudah sampai. Mereka berhenti di depan rumah bidan yang beberapa hari ini aku mimpiin. Perut Mama kelihatan sedikit membuncit, mereka masuk ke dalam ruangan praktek, layar menunjukkan ruang tunggu, jam di dinding menunjukkan waktu 2:38. Setelah beberapa saat mereka keluar, Mama tertatih-tatih bertumpu sama Papa, perutnya gak buncit lagi.. aku langsung ngerti apa yang terjadi. Refleks aku nengok ke arah Yana, takut dia nangis lagi. Tapi ternyata aku tinggal sendirian di bioskop itu. Aku harus konfirmasi ini sama Mama sama Papa. Harus. Aku gak percaya Papa dan Mama bisa setega ini.

lanjutan--,

Aku gak mau percaya. Tapi reaksi mereka... Mama langsung nangis dan pergi masuk kamar. Papa murka, aku dihukum, harus segera pulang dari sekolah dan gak boleh keluar rumah seminggu. Jangan-jangan mimpi aku bener. Nanti malam aku harus ketemu Yana lagi.


Selasa 21 Juni,
Kak Yana ceritain aku semuanya. Dia ceritain tentang kesulitan Papa dan Mama di awal pernikahan mereka. Waktu Papa masih bingung cari pekerjaan. Uang belum ada, mereka masih kos, mereka takut gak bisa merawat Kakak, gak bisa menghidupi dengan baik. Belum lagi hutang mereka yang masih menumpuk.. Kakak bilang jangan salahin mereka, mereka terjepit keadaan. Mereka mengambil keputusan yang tidak mudah... Kakak juga cerita tentang bidan Siti yang membantu Papa dan Mama. Lalu Kak Yana mengatakan sesuatu yang aku gak tau harus gimana. Kakak mau pinjam badan aku, dia pengen ngobrol sama Papa Mama, pengen bilang dia maafin mereka. Biar mereka gak ngerasa terbebani seumur hidup. Dia juga bilang aku harus maafin mereka, jangan marah, gimanapun juga mereka udah ngerawat aku dan Anton. Aku bingung. Aku takut juga. Gimana kalau aku gak bisa balik lagi ke badan ini?

Rabu 22 Juni,
Nenek itu lagi, dia berdiri lagi di depan pintu kamarku. Mulutnya berusaha ngomong sesuatu, tapi gak ada suaranya. Dia berusaha lari ke arah ranjangku, dan berhenti dekat sekali. Dia julurin lehernya, mukanya deket banget sama mukaku. Aku bahkan bisa ngerasain rambutnya yang putih dan panjang kena pipi aku. Matanya mendelik-delik, dan mulutnya masih bergerak-gerak tanpa suara. Aku takut sekali, aku gak bisa gerak. Tiba-tiba ada tangan dari belakangnya yang narik dia dan ngelempar dia ke luar kamar, pintu kamar dikunci. Tangan yang ternyata tangan Kak Yana. Bibir Kak Yana mengecup keningku. Habis itu aku bangun.

Papa dan Mama masih aneh sama aku. Mereka gak mau ngomong sama sekali, menghindar terus. Anton kebingungan, kasian dia gak tau apa-apa.

Kamis 23 Juni,
Aku udah mikir panjang. Aku mutusin ngasih kesempatan untuk Kakak ngobrol sama Papa dan Mama. Nanti malam aku akan pinjemin badan aku untuk sehari aja. Aku juga akan minta Kak Yana nulis pesan di buku ini untuk aku supaya aku tau ini gak cuma mimpi.. hehehe. Semoga setelah itu semua keadaan kembali ke normal. Semoga gak ada kejadian apa-apa.

Jumat 24 Juni, 2:45 pagi.
Adikku yang lugu, seperti janji Kakak, ini pesan untukmu. Sudah lama kakak ingin bicara dengan kamu, kakak selalu ada di sampingmu sejak kamu kecil. Memperhatikanmu tumbuh, belajar di sampingmu. Hari itu ka --noda darah-- kan. Sebenarnya beberap --noda darah-- anmu. Untungnya Nek Sit--noda darah--  tak sempat bicara denganmu. Kamu sekarang tau sakitnya kakak, dibuang, dimusnahkan, dihapus dari kenangan. Sekarang Papa dan Mama juga rasakan apa yang kakak rasakan. Mereka rasakan tusukan-tusukan logam menembus badan mereka. Mereka rasakan tersedak darah mereka sendiri. Mereka rasakan bagaimana rasanya nyawa lepas dari tubuh mereka. Mereka yang mel --noda darah-- am itu harus mem --noda darah--.  Hari ini hari terakhir hidup mereka.

5 komentar:

  1. shiiiiit I didn't see that coming

    *stands up*
    *slow clap*

    BalasHapus
  2. AUWOOOOKKKK!!! Keren maaaas. Aku punya penulis favorit baru nih hahahah. No komeng. Bagus bagus. AAAK

    BalasHapus
  3. agak salah baca jam segini. tapi super keren mas! benar bikin penasaran sampai akhir, lalu ada plot twist abad ini, aku terlalu terbawa wa wa ...

    BalasHapus