Senin, 21 Maret 2016

[TUJUAN] raison d'être

"Detektif, kau tahu kenapa kita bisa sampai di dalam keadaan sebusuk ini?" lelaki paruh baya itu bertanya , tangannya tersilang, jari-jarinya diketukkan di atas meja. Sebuah irama dari sebuah lagu yang ia sendiri sudah lupa melodinya. Detektif Hasibuan memandangi lelaki itu sesaat, mengukur ke mana arah pembicaraan ini. "Silakan beri pencerahan kepada kami-kami ini Pak," akhirnya ia berkata, nada suaranya sedikit mengejek. 

Lelaki paruh baya itu tersenyum, memahami bahwa sang detektif membutuhkan antagonisme itu untuk menunjukkan ia yang berkuasa di sini. Seperti gorilla yang memukul-mukul dadanya. 

"Kalau Anda mengikuti pelajaran sejarah dengan baik di sekolah, Anda tentu tahu apa yang terjadi di paruh keempat abad 21," lelaki itu melanjutkan. "Krisis empat blok," kata sang detektif. "Tepat," kata lelaki itu,"bumi hampir musnah saat itu, saya tidak melebih-lebihkan, saya mengatakan itu secara literal. Bumi hampir musnah," ia berkata, masih sambil tersenyum. Detektif Hasibuan mulai merasa ia ingin meninju wajah laki-laki itu. Tekanan untuk menangkap teroris sialan ini dan pemindahtugasan beberapa rekannya tanpa alasan yang jelas membuatnya lebih gampang naik pitam dibanding biasanya.

"Bermacam krisis dihadapi umat manusia; ekosistem di berbagai penjuru porak-poranda. Terorisme, perang berkecamuk di titik-titik panas. Harga minyak jatuh bebas, tetapi secara kontradiktif, ia makin sulit didapat. Lahan-lahan pangan berganti fungsi untuk memenuhi kehausan dunia akan energi. Kelaparan melanda, puncaknya: tatanan ekonomi kolaps."

"Kita sudah sedekat ini dengan kepunahan," kata lelaki itu sambil mencubit udara dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. "NATO pecah, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Kuba dan Inggris membentuk blok Pan-Amerika. Negara-negara Uni-Eropa di bawah pimpinan Jerman dan Russia membentuk Pan-Eropa, yang tidak hanya berkoalisi secara ekonomi, tetapi juga militer dan hukum. RRC, negara-negara Asia Timur dan ASEAN membentuk Pan-Pasifik, negara-negara Afrika dan Timur Tengah dengan Pan-Afrika, dan semua blok itu menodongkan arsenal nuklir ke arah satu sama lain," ia berhenti sejenak. Memandangi sang Detektif Hasibuan dan rekannya yang berdiri di belakangnya. "Kalian tahu apa yang akhirnya mencegah pecahnya perang besar?"  

"Cerewet kau Pak Tua, cepatlah, to the point saja!" Detektif Matthew Sarjito, rekan Hasibuan tiba-tiba membentak. Yang dibentak melirik sebentar ke arah Sarjito, lalu melanjutkan seakan tidak ada apa-apa. "Aku, Tuan-tuan. Aku yang mencegah perang besar terjadi," lelaki paruh baya itu menunjuk dadanya dengan ibu jari. Suaranya hampir berbisik.

Detektif Hasibuan menghembuskan napas, memakai kacamatanya dan membuka map yang ada di hadapannya. "Abraham Hamaguchi, 162 tahun," ia melirik ke arah Hamaguchi, "162 tahun, sel punca dan uang.. memang menyenangkan jadi orang sekaya Anda... Anda pernah menjadi kepala konglomerasi Hamaguchi-Schubert, pernah menjadi orang terkaya di dunia, pernah mendapatkan Nobel di bidang fisika.. pernah..pernah..pernah.." Hasibuan melempar kembali map tersebut ke atas meja. "Kami sudah tahu siapa Anda Pak. Kata kunci yang perlu dicatat adalah 'pernah'. Pernah, dan bukan lagi," Hasibuan menancapkan pisau kata-kata itu dengan pandangan ke mata Hamaguchi. Ia menangkap sekelebat reaksi lewat sepasang mata tersebut. "Yang kami ingin tahu adalah kenapa. Kenapa orang dengan kredensial seperti Anda berakhir seperti ini, meledakkan beberapa koloni di Luna, dan duduk di kursi pesakitan karena aksi terorisme." Hasibuan berhenti sejenak, berusaha menangkap reaksi dari raut muka Hamaguchi. Tidak ada. Tidak ada sedih, gembira, tidak ada penyesalan di wajah orang itu.

Hamaguchi tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya. "Bravo, Anda tahu siapa saya, mungkin Anda juga tahu, bagaimana saya pernah menjadi semua itu?" Pisau kata-kata Hasibuan gagal melukai Hamaguchi. "Saya seorang synesthete," Hamaguchi memandangi dua orang di depannya. 

"Sinest..apa?" Sarjito bereaksi. Hamaguchi memandanginya seperti guru yang sedang menghadapi murid bebal. "Anda pernah dengar tentang synesthesia?" ekspresi wajah Hasibuan jelas menjawab: tidak tahu.

"Synesthesia adalah keadaan di mana rangsangan atas salah satu indera memicu reaksi di indera yang lainnya," Hamaguchi membagi pandangannya ke kedua detektif di hadapannya. "Hanya saja, kalau sebagian synesthete --orang yang mengidap synesthesia-- melihat warna kalau ia melihat angka tertentu, atau bisa mengecap rasa ketika melihat warna tertentu, pada kasus saya, saya bisa mengecap apa yang sedang dirasakan oleh lawan bicara saya dan melihatnya sebagai warna-warna. Seperti saya mengecap keraguan dan amarah Anda saat ini, detektif."  

"Saya bisa membaca lawan bicara saya, secara cukup literal. Itu kenapa saya tidak pernah kalah di meja perundingan, Tuan-tuan. Itu, dan satu hal lagi: saya selalu mengerjakan PR saya. Seperti akupresuris, saya tahu titik-titik mana yang harus ditekan, dan apa akibatnya." Hamaguchi mengambil gelas air di atas meja dan meminumnya beberapa teguk. Diam beberapa saat, ia bisa melihat pengaruh kata-katanya atas Hasibuan mulai berkurang dan membiarkannya, benang harus ditarik-ulur untuk menaikkan layangan.

"Buku-buku sejarah memberikan penghargaan kepada para politisi yang menyelamatkan dunia dari ambang kiamat, padahal mereka sendiri yang menyebabkan itu. Siapa yang mendamaikan mereka? Siapa menurut Anda yang mencomblangi pembicaraan-pembicaraan antara para politisi tersebut? Siapa yang menjadi penghubung, mendorong saat mereka ragu, siapa yang mencucuk hidung, menggiring, dan mengancam mereka jika perlu? Siapa yang membangun ladang panil matahari di Luna yang memecahkan masalah energi yang kita hadapi waktu itu? Bahkan menjadi pondasi koloni tempat kita duduk saat ini! Beberapa puluh tahun kemudian, Anda bisa lihat sendiri, mereka mulai bertengkar lagi seperti anak kecil." 

"Jadi itu alasannya? Dendam?" Hasibuan berkata. "Tidak ada yang mengucapkan terima kasih kepada Anda, sang pahlawan, dan kini seluruh dunia harus membayarnya?"

"Berapa tahun Anda sudah bertugas di Luna, Detektif?" raut muka Hamaguchi berubah, senyumnya menghilang. Ia membuat sedikit gestur dengan jarinya, seperti orang mengusir lalat. "Melihat Bumi dari jauh seperti ini, tidakkah Anda melihat kekonyolan pertengkaran mereka?"

"Aku tahu kau setuju dengan kalimatku barusan, Detektif," Hasibuan melihat Hamaguchi memiringkan kepalanya, memicingkan matanya, menelisik semua rahasianya. 

"Detektif Kepala Ronald Hasibuan, lulusan terbaik jurusan Kriminologi Universitas Indonesia. Pangkat Anda letnan, tapi secara de facto, Andalah kepala kepolisian Luna, bukan si dungu Peters itu. Anda pernah terlibat organisasi anti-pemerintahan sosialis pada saat mahasiswa, tenang atasan-atasan Anda tidak tahu tentang hal itu, mereka tidak perlu tahu. Pernah menikah beberapa tahun dengan Alessandra Agnelli sebelum akhirnya bercerai. Apa kabar Laura anakmu? Anak yang cantik, tahun ini 18 tahun ya? Kelihatannya dia makin mahir bermain piano." 

Hasibuan merasa tengkuknya dingin, jantungnya berdetak lebih kencang, keringat turun di pelipisnya.

"Implan otakmu terhubung ke jaringan ultranet bukan? Coba kau akses ini." Hamaguchi menjentikkan jarinya. Sarjito menyodorkan selembar kertas berisi sederetan angka, sebuah alamat protokol ultranet. Hasibuan memandangi wajah Sarjito yang tersenyum. Perlahan pemahaman terbentuk di benaknya. Ia menerima kertas tersebut dengan tangan bergetar.

Hanya dengan mengingat angka-angka tersebut dan sedikit kehendak, antarmuka di otaknya menunjukkan Laura yang sedang bermain piano, Laura yang sedang tidur, Laura sedang berjalan dengan teman-temannya, di bioskop, di rumahnya, di sekolah.

"Untuk menjawab pertanyaan Anda detektif, tidak, saya tidak berniat balas dendam. Dan saya paham, yang seharusnya menerima ucapan terima kasih bukan saya, tetapi Anda, bukan begitu Detektif Kepala? Ucapan terima kasih atas jasa dan pengabdian Anda selama bertahun-tahun, dan bukannya kenaikan pangkat yang ditunda untuk memberi jalan kepada anak-anak ingusan yang punya koneksi. Ruang kerja yang nyaman, alih-alih ruang kerja pengap tanpa pemandangan seperti yang sekarang Anda punya." Hamaguchi menyenderkan punggungnya ke kursi.

"Politisi-politisi tersebut tidak akan berdamai kecuali mereka punya kepentingan yang sama. Kepentingan dengan dorongan paling kuat adalah kepentingan untuk tidak binasa," nadanya kini seperti seorang dosen yang menjabarkan fakta-fakta. 

"Saya tahu Anda membenci para politisi itu, sama seperti saya, bahkan mungkin lebih.. Anda kehilangan ibu Anda karena jaminan sosialnya dibatalkan, setelah ia membayar preminya dalam bentuk potongan gaji hampir seumur hidupnya."

"Saya ingin menawarkan kepada Anda sebuah posisi yang unik, Detektif," lanjut Hamaguchi. "Saya menawarkan Anda posisi sebagai juru selamat," senyumnya mulai kembali, lawan bicaranya tersudut.  Ini bukan interogasi, ini adalah sebuah wawancara pekerjaan. "Anda akan melepaskan saya sekarang, membiarkan saya menjalani peran saya sebagai teroris, penjahat yang menyandera Bumi dalam ketakutan,  saya akan meninggalkan instruksi-instruksi yang tinggal Anda ikuti sehingga beberapa aksi saya bisa Anda 'gagalkan',"  Hamaguchi membentuk tanda kutip dengan jarinya. "Sebagai imbalannya, saya akan pastikan Anda akan dielu-elukan oleh umat manusia, rasa terima kasih yang Anda inginkan selama ini akan Anda terima berlipat-lipat ganda. Kita akan dipandang sebagai rival, dan Anda akan punya kuasa yang lebih tinggi dari para tikus itu."

Detektif Kepala Ronald Hasibuan terdiam sejenak. "Apa jaminan Anda akan menepati kesepakatan ini?" suara Hasibuan sedikit bergetar. 


"Sama sekali tidak ada," Hamaguchi tersenyum. "Tapi saya tahu, Anda sudah setuju untuk mengikuti rencana saya sejak dua menit yang lalu." 

3 komentar:

  1. Oho. Ini enak banget mas. Enak diikuti. Masih sedikit ada masalah info dump, tapi mas bisa menghandlenya dengan baik sehingga info itu ga terasa shoehorned. Percakapan mereka menarik, karakternya jelas, dan bikin gw penasaran akan rencana pembuatan Juruselamat itu. Intriguing. Kalo saya sih yes, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Yor.. padahal gua ngerasa ini agak clunky huhuhu... syukurlah kalo gak kebaca. Info dump nya buat bikin si Hamaguchi kelihatan all-knowing all-powerful sekalian memperlihatkan karakter dia yang nganggap semua orang di sekitarnya lebih bodoh dari dia sih... jadi ngajarin melulu tanpa diminta.

      menurutlo tercapai kah goal tersebut?

      Hapus
  2. Tercapai kok mas. Kalo mas setting up seorang villain, ini langsung rasanya besar dan mengancam. Kayak ga akan mungkin dikalahin. Dapet mas.

    BalasHapus