Selasa, 26 Januari 2016

[HUJAN] Dwi Matra

Pistol di genggaman Danu terasa bertambah berat di setiap tarikan napasnya, larasnya yang barusan menyalak masih meradiasikan panas ke udara di sekitarnya. Jantungnya terdengar lebih keras dari apapun yang pernah ia dengar.

“fuck.. fuck.. fuck FUCK!!”

….


Danu ingat pertama kali ia mendengar tentang kaum siluman. Bukan, tepatnya bukan pertama kali ia mendengar tentang mereka, tapi pertama kali ia mendengar keberadaan mereka dikonfirmasikan. Umurnya tujuh tahun ketika ia mendengar tentang pecahnya perang. Perang yang nantinya dikenal sebagai Perang Dwi Matra.

Semua dimulai dengan berita-berita tentang insiden-insiden kecil dari benua Amerika, cerita-cerita yang begitu akrab dengan telinga orang Indonesia. Cerita-cerita yang kemudian menjadi obrolan dan bahan tertawaan di warung kopi. “Oh ternyata mereka juga percaya takhayul ya?”

Tidak ada yang tertawa setelah semuanya terlambat. Rekaman terakhir dari sana menunjukkan kepanikan dan keputusasaan para tentara dengan senjata-senjata canggih mereka gagal melukai makhluk-makhluk itu. Gendruwo-gendruwo bagaikan tank merangsek maju. Leak bermata membara dan organ-organ dalam yang menjuntai bagai pasukan penembak jitu yang menewaskan satu persatu. Sundel bolong, kuntilanak dan makhluk janggal lainnya adalah kavaleri yang membereskan para manusia yang berlarian sekaligus mengintimidasi dengan suara mereka. Manusia kalah total.

Danu ingat pada saat melihat rekaman tersebut almarhum neneknya langsung membaca segala macam doa.

Cerita para pengungsi terdengar serupa: para siluman mengejar sampai ke tepi pantai atau sungai, beberapa tidak berhenti tapi tak ada yang mengejar lebih dari beberapa puluh meter dari sana. Kengerian Perang Dwi Matra sepertinya terisolasi di benua Amerika saja. Neneknya bilang itu karena jin tidak bisa menyeberangi lautan, Danu mengangguk saja.

Mereka tidak bisa menyeberangi badan air yang terjadi secara alami. 

....


Paling tidak itulah yang dipercaya Danu sampai beberapa menit lalu. Ia sedang berpatroli di pelabuhan ketika ia mendengar suara tawa terkekeh-kekeh bagaikan membelah langit. Lalu suara bergemuruh seperti ribuan kuda berlari terdengar dari tenggara. Perlahan, membentang timur ke barat langit terlihat membara, makin lama makin terang.

“Leak..,” batin Danu. “Mereka datang.. mereka menyeberang..” Tanpa sadar ia membebaskan pistol dari holster di pinggangnya.

Suara tertawa lirih seakan datang beberapa sentimeter dari tengkuknya, Danu berbalik, refleks ia mengacungkan senjatanya. Beberapa meter di hadapannya sesosok putih melayang, rambut panjang, gerak-geriknya tak wajar. “Sendirian, pasukan perintis..” telunjuk Danu menarik pelatuk dan pistol standar kepolisian tersebut menyalak tiga kali.

“fuck.. fuck.. fuck FUCK!!”

Sosok putih di hadapannya tidak terpengaruh sama sekali dan terus maju mendekatinya.
Danu mulai berlari. Ia berlari sampai tembok beton menutup langkahnya, sementara sosok putih itu terus mendekat. Danu menertawakan kebodohannya sendiri, seharusnya ia ingat jalan ini ditutup sejak seminggu lalu.

Langit makin bergemuruh, hujan turun membasahi Danu dan maut mendekatinya, sejengkal demi sejengkal. Lunglai Danu berbalik menghadapi makhluk itu, hujan makin deras, ia mengacungkan pistolnya, menarik pelatuknya untuk terakhir kali. Makhluk itu membelalakkan matanya.



Roboh. Makhluk itu roboh! Sungai. Laut. Air yang terjadi secara alami. Pistol. Peluru. Hujan. Berjuta pikiran berkelebat di otak Danu. Bukan, mereka bukannya tidak bisa menyeberangi laut atau sungai. Air yang terjadi secara alami membuat mereka bisa dilukai, dan ia terselamatkan oleh hujan. Danu terhenyak, ia harus  memperingatkan semua orang: Perang Dwi Matra yang kedua akan segera dimulai.

1 komentar:

  1. pernah kepikiran juga sih, fantasi pakai konsep per-gaib an lokal... soalnya banyak mekanisme gaib yang beda dan unik di lokal teh, bahkan beda sama thailand.. bagus kalo di angkat.. kalo mau full riset nya, sekalian om buka mata batin nya :)) . bahasanya enakeun, pengen bisa se enak itu uy bahasanya..

    BalasHapus