Senin, 25 Januari 2016

[HUJAN] Pesan

          Aku mempercepat langkahku. Berusaha menghindar dari terpaan daun dan ranting yang menampar tubuh dan wajahku. Angin berhembus kencang sekali. Dingin dan menusuk. Aku memandang sekeliling, mencari apa yang bisa aku jadikan tempat berlindung. Semak, hutan bakau, dan pohon kelapa saja seakan mengancam di sekitarku. Aku harus segera sampai. Mataku mengarah ke cahaya lampu yang berpendar lemah di atas mercusuar yang jauh di depan sana. Aku memeluk badanku yang hampir beku dan melangkah lebih cepat.

Beberapa menit aku berjalan. Akhirnya sampailah di tepi dermaga. Mataku sibuk mencari di setiap kapal yang berjajar. Tidak ada seorangpun di sana yang bisa mengantarku. Lalu bagaimana dengan hal penting ini? Hal penting yang harus segera disampaikan. Aku terus memutar otak mencari cara. Tidak masalah bagiku kalau harus mencuri kapal milik salah satu nelayan di desa ini. Tapi, apakah aku akan berhasil sampai di tempat tujuan? Angin semakin kencang dan gelombang air semakin besar. Rintik air dari langit mulai turun. Aku pun memutar arah menuju mercusuar.

Aku sampai di bawah menara yang tingginya sekitar 40 meter atau lebih. Mendongak ke atas berusaha mencari penjaga agar aku bisa masuk. Rintik air semakin lebat dan menusuk-nusuk wajahku. Semakin lama semakin tumpah membasahi sekujur tubuh. Aku berlari menuju pintu tua di bawah menara, mencoba mendobraknya dan berhasil! Aku terus berlari menaiki puluhan bahkan mungkin ratusan anak tangga. Badanku melemah tapi hatiku meronta melawan sakit di badan. Tepat ketika aku menginjakkan kaki di puncak menara ketika hujan mulai mereda. Dari atas sinilah aku memandang ke seberang sana. Tempat yang terpisahkan oleh air hitam pekat di gelapnya malam. Lampu-lampu yang berkerlap-kerlip di daratan seberang sana. Memanggilku. Pesan ini. Hal yang ingin aku sampaikan ini, pasti akan segera sampai.

8 komentar:

  1. Seperti komentar gua di grup lain, cerita ini jauh lebih bagus daripada sebelum-sebelumnya. Yang masih agak bingung cuma di akhir paragraf kedua, ada 'aku memutar arah..' kenapa memutar? Apa dia ketemu hambatan? Lalu kalau memutar apakah dia gak akan sampai ke Mercusuar?

    Kalau kalimat terakhir paragraf 2 disambungkan dengan kalimat pertama di paragraf 3, 'Aku sampai di bawah menara yang tingginya sekitar 40 meter atau lebih' Apa artinya si protagonis gak sampai ke mercusuar dan sampainya ke sebuah menara? Atau menara itu mercusuar? Kalau ya, ada sedikit kebingungan karena sebelumnya ia disebut'mercusuar' dan di paragraf terakhir ia disebut 'menara' tanpa transisi yang jelas. Mungkin akan lebih jelas kalau paragraf 3 dibuka dengan 'Aku akhirnya sampai di kaki mercusuar yang menjulang, sebuah menara.' atau semacamnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf banget baru balas di grup ini om Iqbal.

      Jadi yang demaksudkan dengan memutar arah itu bukan karena dia menyerah gitu aja. Tapi karena kondisi pada saat itu dia ga bisa membawa perahu yang ada di pelabuhan untuk pergi ke tempat yang dia tuju,karena kondisi air yang bergelombang dan angin yang kencang, itu lah hambatannya. jadi si tokoh utama lebih milih untuk memutar ke arah mercusuar. Jadi pada awalnya tujuan utamanya memang bukan mercusuar tapi pelabuhan supaya dia bisa menyeberang mengantarkan pesan yang penting itu.

      kemudian untuk menara itu, memang yg dimaksud dengan menara adalah mercusuar. memang jadi kurang jelas ya hehe.
      Makasiih banyak komentarnya om

      Hapus
  2. Masukan dari aku..

    -kasih dialog
    dialognya ga harus antara dua orang, bisa sama batu, rumput, atau mungkin perkataan dalam hati yg sengaja ditulis biar cerita yg dibuat ada semacam emmm apa yaa, dinamika gitulah :p

    -kasih penguat
    Si tokoh utama ini kan pengen ngirim pesan, tapi di cerita tidak dijelaskan pesannya apa, untuk siapa. Kalau memang sengaja ga ditulis, yaa kasih penguat kenapa "pesan" ini begitu penting. bisa saja dikatakan kalau pesan ini ga sampai pada waktunya maka 1 nyawa akan hilang, se-RT bakal Mati, atau umat manusia dalam bahaya. :)

    -eksplor ajah
    kalo ga salah syarat karya di Cemara Bercerita itu minimal 300 kata kn yaa (maap kalo salah), Jadi bebasin ajah eksplore cerita nya dengan bebas toh ga disebutin maksimal berapa kata :v. tapi tentu saja "pesan dari ceritanya harus sampai ke pembaca :D

    Maap udah so tau :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru balas om Jei.
      Makasih banyak ya masukannya, sangat membantuuuu. :)

      Hapus
  3. kenapa sih bahasa nya enakeun,, kaya baca novel.. bisa deskripsi in sesuatu teh pas takaran nya ... iya tapi ga nemu singkron sama judulnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kang yoga udah baca tulisan aku.
      makasih juga masukannya, kekurangan aku adalah emang aku lemah kalau disuruh bikin judul-judulan hehe sering ga nyambung, semoga ke depan bisa lebih bagus! Thankss

      Hapus
  4. Ini bener bo kemajuan banget Cit. Selamaaat. Semua kritisisme di atas gw setuju, jadi gw fokus ke hal bagus yang menurut gw sudah lu lakukan dengan baik dan lu bisa fokus ke situ untuk tulisan-tulisanlu ke depannya:

    LANGSUNG KE AKSI. Lu memulai cerita ketika si karakter sedang melakukan aksi, lu mencemplungkan dia (dan pembaca) langsung di tengah sebuah kejadian. Ini well done banget menurut gw, lu memanfaatkan alam sekitarnya, angin, dsb. Pembaca akan langsung bersimpati dengan karakter dan ingin tahu gimana kelanjutannya.

    Kalo menurut gw ini asyik banget buat opening novel. Konten dan siapa pengirim dan penerima pesan ini gapapa dibiarkan misterius untuk saat ini. Kalau langsung dikasih tahu semuanya, misteri akan lenyap dan pembaca ga akan tertarik lagi.

    Yang mungkin bisa lu matangkan SEBELUM mulai menulisnya adalah hal-hal 'sepele', tapi bisa memberi air of believability aksinya. Misalnya baju si karakter ("Bagian bawah jubahku makin berat karena lumpur yang menumpuk."), atau cara si karakter menata rambutnya ("Cepol rambutku sudah berantakan"), apakah dia mengenakan sepatu, atau bertelanjang kaki. Kayak yg gw bilang di tulisan Andes, semua detil ini ga perlu lu jembrengin dalam ceritanya, tapi lu inget-inget aja ketika lu membuat karakterlu sedang berinteraksi dengan seseorang atau sesuatu.

    Jadi inget, kita dulu sama mas Iqbal dan mas Gifny ngebahas "McGuffin". Kalo lu bikin novel dari ini, si 'Pesan' ini bisa jadi McGuffinnya.

    Kalo kata mbah Wiki: In fiction, a MacGuffin (sometimes McGuffin or maguffin) is a plot device in the form of some goal, desired object, or other motivator that the protagonist pursues, often with little or no narrative explanation. The specific nature of a MacGuffin is typically unimportant to the overall plot. The most common type of MacGuffin is an object, place, or person; other, more abstract types include money, victory, glory, survival, power, love, or some unexplained driving force.

    The MacGuffin technique is common in films, especially thrillers. Usually the MacGuffin is the central focus of the film in the first act, and thereafter declines in importance. It may re-appear at the climax of the story, but sometimes is actually forgotten by the end of the story.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas yoriii maaf banget aku baru bales sekarang.
      Tapi sesunggunya aku sudah membaca komentar mas yori ini sejak lama.

      Makasih banyak mas yori :D Seneng deh kalau memang tulisan yang ini menunjukkan kemajuan.
      baeklaah.. makasih juga krn udah mengingatkan tentang McGuffin jadi aku bisa belajar lagi.

      Hapus