Minggu, 24 Januari 2016

[HUJAN] Takeya

crripp criip, criip criip

Suara burung... Gumam ku dalam hati. Mata ku tengah terpejam, namun dari bilik mata aku tahu di luar sana sudah siang hari. Walau entah mungkin karena sedang musim penghujan, beberapa kali matahari bersembunyi dibalik awan dan diikuti oleh lahirnya bulir-bulir air dari perut kapas putih itu.

Kali ini aku enggan membuka mata seperti sebelumnya. Sungguh.
Aku, seorang anak laki-laki bernama Takayuki Takeya yang berusia 16 tahun ini, tidak tahu akan bertahan berapa lama lagi... Ahahaha, mungkin dalam kondisi seperti ini aku harus melawak untuk diriku sendiri. Yeah, aku tahu itu tidak lucu.

Tak berdaya...
Ah, ini benar-benar hal terburuk dalam hidupku. Entah sudah berapa kali mentari dan rembulan menyapa diriku yang tak dapat bergerak ini.

Sebuah pohon yang cukup besar rubuh menimpa kedua kaki ku. Aku bahkan tidak begitu ingat kenapa hal ini bisa terjadi. Aku tersadar beberapa hari lalu ketika petir besar menerror cakrawala. Kelihatannya, tempat yang seperti hutan di dataran rendah ini jarang dilewati manusia. Yang ku ingat terakhir kali,

aku dan keluarga ku tengah berlibur di rumah nenek di prefektur C.


Tak jauh dari sana ada pantai yang beberapa waktu lalu aku dan adikku, Tomoe, kunjungi. Kami bermain dan mencari cangkang kerang yang terkubur butir-butir pasir putih... Seperti biasa, aku, sang kakak terbaik di dunia ini, berusaha mengawasi apapun yang tengah Tomoe lakukan.



Waktu itu... Tomoe menemukan cangkang kerang yang cukup besar. Anak yang entah diberkati oleh dewa mana hingga memiliki senyuman indah itu tersenyum lebar, hingga gigi depannya yang ompong terlihat begitu jelas.



"Kakak! Waaa... Ada suaranya!" kata Tomoe girang sembari mendengarkan suara udara di dalam cangkang kosong itu. "Suaranya mendekat... dekat...!"

Kemudian angin kencang menerpa kami. Walau kami tidak sedang berada di bibir pantai, aku ingat betapa kuatnya bau lautan saat itu... dan tembok ai-

Air hujan menampar dan membangunkan aku dari lamunanku. Seketika tekanan kuat di dada membuat aku berteriak hingga semua rasa tak berdaya tak terasa lagi. Sungguh, aku tak peduli... rasa sakit ini, semua beban yang menimpa tanpa wujud ini...! Tomoe...! Apa yang sebenarnya terjadi?!

...

Tak lama, samar-samar aku melihat sesosok malaikat berambut emas dan menggunakan payung biru muda menghampiriku. Ia memanggil dua sosok malaikat yang lebih besar. Mereka terlihat sibuk... memanggil bantuan? Malaikat berpayung...?

... ah akhirnya.

Seminggu dalam perawatan dokter, akhirnya aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ku lontarkan bertubi-tubi ketika pertama kali aku ditemukan oleh satu keluarga turis asing yang tengah berlibur di Jepang. Tentang apa yang terjadi, di mana Tomoe, bagaimana ayah, ibu, kakek dan nenek ku.
Mendengarnya aku tertawa. Sungguh tertawa. Mereka memberikan pernyataan yang membuat aku ingin memuntahkan isi kepala dan seluruh isi perut ku.

Hahahahaha!! Yang benar sajaa!
Aku masuk kedalam daftar hilang dari korban bencana Tsunami tahun 20xx lalu.
"LALU"...?!

Kata-kata mereka yang menggambarkan bahwa kejadian itu sudah terjadi dimasa lampau, membuat aku ragu akan kewarasanku atau orang-orang ini... ahahaha...

...10 tahun yang lalu.

***

8 komentar:

  1. ada yg ingin saya tanyakan :)

    Sebenenrnya, saya coba nyari arti kata "Gunggam" tapi ga ketemu, maksudnya gumam kali yaa ? typo kh ? :D

    Saya cukup terganggu dengan spasi antar paragraf nya yg beda2,, mungkin bisa dirapiin kali yaa :)

    Pada bagian "Kemudian angin kencang menerpa kami. Walau kami tidak sedang berada di bibir pantai, aku ingat betapa kuatnya bau lautan saat itu... dan tembok ai-" ,,, kayaknya ada yg kepotong ,, atau emang sengaja ??

    Maaf :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya typo, karena kebiasaan nulis bergunggam *dihajar, gw perbaiki.

      Lu tau kan, waktu gw ngepost, itu udah bolak balik gw edit dan jadinya berantakan... dunno why. Bukan sengaja dibuat salah or berantakan kok.

      emang sengaja, dia terpotong di kejadian berikutnya, itu sengaja.

      Hapus
    2. sayah sih ngerasa pemotongannya kurang rapi jadi lompatan waktunya ga kerasa ,, emmm ,,,
      mungkin bisa pake cara dikasih semacam "clue" di paragraf awal kalo "ini tuh sesuatu yg terjadi di masa lalu".

      atau bisa juga dituliskan prosesnya,, misalkan kayak gini :
      Kemudian angin kencang menerpa kami. Walau kami tidak sedang berada di bibir pantai, aku ingat betapa kuatnya bau lautan saat itu, begitu menyengat sampai akhirnya seluruh alam seperti berputar dan tiba-tiba semua terlihat hitam, gelap.

      * * *

      Air hujan menampar dan membangunkan aku dari lamunanku. Seketika tekanan kuat di dada membuat aku berteriak hingga semua rasa tak berdaya tak terasa lagi. Sungguh, aku tak peduli... rasa sakit ini, semua beban yang menimpa tanpa wujud ini...! Tomoe...! Apa yang sebenarnya terjadi?!

      kalau masih belum kerasa, mungkin dibawah saya bisa ngasih masukan lebih baik :D
      maap,,

      Hapus
    3. Wah... kayaknya enak gitu ya. Dari komentar om Jeje dan mas Iqbal, gw jadi menyadari kelemahan dari cara bercerita gw tentang sesuatu dengan timeline berbeda. Ngga kayak bahasa Inggris yang dari bentuk lampau, kita bisa lihat itu udah lewat atau belum. Ini nih yang susah...

      Sebenernya gw belum nemu bacaan yang bisa ngasi referensi gue tentang adegan flashback yang terpotong ama kejadian di masa yang sekarang. Gw pernah inget baca suatu novel kurang lebih isinya begini;

      "bla bla bla aku mau maka-", slap! mulut ku dibungkam oleh si anu dst dst.

      ...dan gw pikir, it works! tapi sayang timeline gw beda jauh ama referensi gw, makanya pembaca jadi bingung.

      Gw sebelumnya juga mau ngasi kesan tragis dari flashback tentang "tembok air", yang kata2 nya terpotong oleh hal yang serupa, "air hujan".
      (maap kalo gw berbelit)

      Kayak adegan komik, di panel sebelumnya flashback Tomoe dan Takeya dengan Tsunami dibelakangnya... lalu ada narasi, "Tembok ai-"
      Lalu panel berikutnya muka Takeya (dalam kondisi sekarang) mulai basah tersiram hujan.

      Tapi bener kata Jeiman di chat privadi kami...

      "karena ini kan tulisan ,, jd mesti dijelasin lewat tulisan ,," - Jeiman 2016

      Sip Jei, gw bakal coba make pengetahuan ini di karya2 mendatang!

      Hapus
  2. Gua sempet bingung sama kayak Jeiman Dhes, mungkin ceritanya jadi lebih mudah dicerna dengan formatting? Misal, cerita yang di masa lalu / ada di benak tokoh utama semuanya pake italic.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah boleh juga mas, bisa dicoba (saya ngga pernah ngatur formatting untuk ngebedain masa lampau dan sekarang kecuali di komik, ide bagus)

      Hapus
  3. Kalo gw selalu berpendapat bahwa meletakkan kenangan-kenangan masa lalu di awal cerita adalah dosa besar. Lu udah mulai dengan enak sih, dengan memberi pengamatan narator sama sekeliling dia di tempat dia berada sekarang; tinggal lebih dieksplor lagi. Tujuanlu kan pasti pada intinya membuat pembaca bersimpati pada nasib si karakter kan, lu bisa kasih sensasi fisik (bau, rasa sakit di bagian tubuh tertentu) untuk membuat pembaca memproyeksikan diri mereka ke si karakter. Kalo kira-kira sudah cukup, kenangan2 lama baru bisa lu tambahin pelan-pelan sepanjang cerita. Pembaca pengen ikut mengalami pengalaman karakternya, bukan diberitahu apa yang terjadi pada karakternya.

    Si karakter juga lu buat punya trait2 yang 'tidak lazim' untuk menanggapi keadaan dia: menertawai diri sendiri, atau tertawa setelah mendengar berita buruk. Ga ada masalah melakukan ini, tapi perlu kemahiran tertentu menulis karakter quirky begini. Kalau dia tertawa ketika merenungkan kejadian tragis (yang secara umum dianggap aneh oleh pembaca), pikirkan juga kenapa dia begitu: apakah untuk menutupi kesedihannya? Karakter seperti ini biasanya akan terus-terusan melucu sebagai self defense mechanism, yang tidak lu tunjukkan; apakah memang itu kebudayaan di mana dia dibesarkan? apakah dia memang sociopathic? apakah dia PTSD? Lu bisa riset dulu orang-orang sociopath atau PTSD gejala-gejalanya gimana. Hal-hal seperti ini ga perlu lu jembrengin dalam ceritanya, tapi ketika lu kenal karakterlu sendiri, akan lebih mudah menulis dia, dan lebih mudah menarik pembaca bersimpati pada dia. Si karakternya sendiri mungkin ga tau kenapa dia bereaksi A untuk kejadian B, tapi lu tahu, dan karakter yang lu buat akan lebih matang.

    Semoga membantuuu <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. WAH, ini yang gue tunggu2 xixi

      Iya, asli pas buat emang cenderung ga terlalu dipikir (mungkin ga strategis?). Sesipel dia begini dia begitu... Nulis cerita pendek itu emang bikin perut melilit, dakuw akan perbanyak riset dan membaca!

      Thanks mas!

      Hapus