Langit begitu cerah siang ini,
awan hitam yang kemarin menganugerahkan hujan kepada alam seakan telah diusir
dari cakrawala, lengang, hanya satu-dua layang-layang tampak berlarian menghiasi angkasa
berkejaran mereka berdansa dengan indahnya. Mentari yang tak lelah berpendar
ceria perlahan-lahan semakin merangkul Barat. Peluhku bercucuran ringan ketika
ang ...
“Dwwiiiii ... ,“
“ ... .“
Peluhku bercucuran ringan ketika
angin bertiup lambat menerpa wajahku, sejuk. Dedaunan kering gontai berjatuhan
ke bumi, debu berhamburan. Sayup-sayup dikejauhan terdengar suara memanggil
namaku pelan, Aku tak yakin. Kupejamkan mata sesat melupakan se ...
“DWI HANDAYANI RATNASARI !!!,“
Aku tersentak lamunan buyar sudah, “kalau dipanggil tuh nyaut,, Si Papih manggil-manggil dari tadi !!” matanya melotot. Dia
adalah ibuku, seorang yang ingin dipanggil Mamih.
“Iya Maakk, maaf tadi tidak kedengeran,“ kuhadiahkan senyum manisku
agar amarahnya mereda.
“Emak-emak-emak,, MAMIH !!.” Hmm,
sudah ku bilang kan ?.
Ku langkahkan kaki segera menuju
ruang tamu singgasana dimana Papih biasa menggeletak menghabiskan waktu.
“Iya ada apa, Bah ??.”
“Abah-abah-abah ,, PAPIH !!,”
matanya melotot, lebih bulat daripada mata Mamih.
“Hehehe, iya Pih, ada apa
manggil-mangil Dwi?,“ kembali ku hadiahkan senyum manisku, obral bersar-besaran.
“Ini, belikan Papih rokok ke
warung Ceu Ika,” selembar uang dua puluh ribu menari-nari didepan mataku,
secepat kilat lembaran itu berpindah tangan ke genggamanku.
“Siap Boss !!,” Aku mempersembahkan
penghormatan ala Paskibra di TV, kembali ku hadiahkan senyum manisku, hari ini
aku umbar.
Dia adalah Ayahku, Dia sangat
ingin dipanggil Papih mungkin agar serasi dengan Ibu yang ingin dipanggil
Mamih, bisa jadi.
Aku berlari ke teras, kugunakan
alas kaki pink bergambar Hello Kitty
yang Aku benci. Sebenarnya ingin Aku bakar saja sandal ini, tapi sandal ini
hadiah dari Mamih ketika perayaan hari lahir ku, tak tega rasanya.
Aku pun berangkat berjalan agak
cepat sambil kugesekkan sendal ke tanah, aku seret sengaja agar sandalnya cepat
rusak. Mudah-mudahan diganti dengan sandal Robo
Rider, Aamiin.
Aku pelankan langkah ku ketika
melewati rumah anak itu, bocah aneh yang selalu membuat Aku selalu tersenyum
dengan tingkahnya. Setiap hari Aku harus selalu melewati rumahnya, karena gang
depan rumah anak laki-laki itu adalah
jalur akses satu-satunya yang menghubungkan rumahku dengan jalan raya, apa
boleh buat, hatiku bahagia.
Rumahnya itu belum bisa dikatakan
tuntas, beberapa bagian masih belum sepenuhnya rampung, tapi sepertinya sengaja
dihentikan karena keterbatasan biaya. Dua buah pilar besar didepan rumah tampak
setengah jadi, temboknya dibalut cat warna putih kumal, lebih cocok dipanggil
abu-abu, beberapa bagian tembok mulai retak seperti sawah kering di musim
kemarau, gentengnya gelap diselimuti lumut, menyedihkan. Sekeliling rumah
dipenuhi pot bunga beraneka warna dan jenis, mirip hutan lindung.
Mataku mulai memburu sosok anak
itu dengan seksama, tidak ada... Anak itu tidak ada dirumah. Lekas ku lanjutkan
tugasku, hatiku sedikit sedih.
“Beliiii ... .”
Aku di depan warung Ceu Ika,
sebuah bangunan kokoh yang usianya lebih tua dari Aku tapi nyata terurus dengan
taman kecil penuh bunga terawat tampak indah. Letak warung itu disamping jalan
sehingga banyak orang belanja disana. Dibagian depan dipenuhi berbagai jajanan
murah, enak dan gurih, SYURGA.
“Yaa, mau beli apa Neng ?,” Bukan
Ceu Ika yang menjawab, wanita ini sepertinya anaknya. Aku serahkan lembaran
uang digenggamanku padanya.
“Garpit-nya satu bungkus, Teh”. Dia segera mengambil pesananku.
“Apa lagi ?.”
“Ciki-nya dua.”
“Lima ratus lagi mau dibeliin apa
? permen aja?.”
“Iya Teh, permen.”
Sebuah kresek pink tembus pandang
penuh dengan pesananku pun disodorkan, Aku menyambut nya dengan gembira
bergumam lagu Melly Goeslaw kesukaanku sambil berlalu meningalkan warung itu.
“Dwi ...!.” Anak dekil itu
memanggil namaku, beberapa lobang kecil menganga terlihat pada kaos kuning nya
yang kusam. Dua orang anak yang tak kukenal tampak berdiri dibelakangnya, jadi
jumlah mereka bertiga.
“Apa Cep ?.” Iya itu Aku
memanggil nama Anak dekil itu, namanya Cecep.
“Adu kelereng yuk!, minggu lalu
aku tidak terlalu serius tandingnya, sekarang Aku sudah siap melawan kamu!.”
“Apa kamu yakin?,” ejek ku, Cecep
minggu lalu aku bantai habis, kelerengnya tak tersisa. Sepertinya dia dendam.
“Pasti donk, ini teman-temanku juga mau ikutan”.
“Kapan ?.”
“Sekarang yuk!.”
“Sekarang?, gak bisa euyy Aku lagi
sibuk nih, besok ajah gimana ?,”
tawar ku.
“Yaudah, besok jam empat sore di Lapang Kebon Awi, Gimana ?.”
“Aku boleh bawa teman juga ?,” tanya
ku, Cecep tampak berfikir sebentar.
“Yaudah bawa temanmu, ga
apa-apa.”
“Oke. “ Ku angkat jempolku.
Aku balikan badan menuju gang
untuk mengakhiri perjanjian duel.
“Eh kamu belanja apa, Dwi?.
Rokok?? Kamu merokok ?.“ Celetuk Cecep.
“Gila, Bapaknya pemabuk anaknya
perokok.” Temannya menimpali
“Hahahahahaha.” Bahagia sekali
mereka menertawakanku.
Aku rendahkan badanku mengambil
sebongkah batu yang ada ditanah, ku gengam erat, kupandangi mereka penuh
amarah.
“Waahh Dia marah !!. Hahahaha.”
“Awas Cep, nanti kena sambit !!.
Hahahaha.”
Mereka berhamburan sambil tidak
berhenti tertawa.
“Jangan lupa besok sore, Dwi.
Hahahaha.“
Ingin rasanya kupecahkan kepala
mereka satu per satu, sering sekali ada yang mengolok-olok Aku karena Papihku
yang pemabuk. Papih memang pemalas tapi Dia bukan orang jahat, Papih sebenarnya
orang yang baik hati. Saking baiknya, Papih tidak pernah menolak ketika diajak
minum-minum oleh Somad di POSKAMLING setiap giliran jaga keamanan kampung, yang
Jahat itu Somad, yang harusnya ditertawakan itu Somad. Ggggrrr.
Aku murka, lihat saja besok,
tidak akan kusisakan kelereng mereka satupun.
Aku berjalan pulang pelan, batu
ditangan ku lempar jauh semoga tidak kena orang. Aku tarik nafas panjang
mencoba menenangkan detak jantungku yang tak teratur. Rumah anak laki-laki itu
masih disana, tenang sepi seperti kuburan, mataku berair.
Bandung, 23 Februari 2016
JEIMAN I LOVE YOUUUUUU
BalasHapusSekian komentar saya.
Si narasi kepotong di awal itu cakep banget maaaan muach muach muach lophe lophe subhanallove
BalasHapusthanks :) aw aw aw aw ... :D
HapusAlhamdulillah eksperimen kecil2an aku ada yg suka :)
eksperimennya berhasil tuan!!!
Hapusparagraf-paragraf sukses bikin gw tertawa. ntaaap!
BalasHapus*paragraf-paragraf awal
Hapusparagraf2 akhir nya gimana mas ??
HapusMan, bikin komiknya Robo Rider atuhlah..
BalasHapusdibikin komik yaa ,, somehow malah jadi cerita komedi yang keluar di kepala :D
HapusNarasi dipotong asoy.
BalasHapusTapi buat gw perihal penjelasan tambahan itu keren.
".. Obral besar-besaran"
".. Hari ini aku umbar"
makasih sudah mampir Pak Daus ,, :)
HapusSipp ,, seneng kalo ada yang suka :)