Selasa, 02 Februari 2016

[KETUMBI] Pragmatis Materialis




Namaku Erika, Hobiku menangis, umurku saat ini 8 tahun. Aku sekolah di SDN Pasirangin, di pinggiran Kabupaten Ciamis, Jika sedang bermain bersama-sama, aku suka menjadi bahan bully teman-teman, Dijadi-in kucing yang tak berujung ketika petak umpet, disuruh yang pertama kalau lewat jembatan reyot, disuruh beli bala-bala kalau istirahat sekolah. Duh, entah apa salahku, mungkin karena badanku kurus kecil, atau karena aku tak pandai olahraga. Entahlah.

Sudah 2 minggu ini ada murid baru dari Bandung, namanya Ryan, dia pindah dari Bandung ke Ciamis karena mamah nya yang tadinya guru SMA 5 Bandung harus ikut suaminya yang keterima PNS di Ciamis. Ryan itu orang kota, seragam nya putih bagus, ga lecek kaya punyaku, atau ga kaya seragam si Aep yang kebiru-biruan karena tiap minggu dicuci campur Bulao. Ryan juga punya sepatu roda, SEGA, Laserdisc, dan walkman, aku dan teman-teman senang berteman dengan Ryan karna banyak hal menarik yang dia punya.

2 hari yang lalu, adalah hari dimana teman-temanku jadi memandang beda kepadaku. Hari itu kita banyakan, mungkin 10-14 orang anak laki-laki kelasku sedang berada di halaman depan rumah Ryan yang memang luas, Walaupun sudah jam 4 sore, tapi karna hari itu adalah hari cerah, maka matahari masih bersinar dengan kekuatan maximal. Kita baru usai main Bebentengan, sangat lelah, seolah tenaga kita diserap kekuatan Matahari. Pembantu Ryan bawa beberapa botol air kulkas, kami semua sumringah, karna kami semua tidak punya kulkas, kalau beli sirop harus 200 rupiah, mahal. Mendingan ini., air es gratis.

Karna gelasnya 1, aku nunggu giliran minum. Aku sadar betul, pasti kebagian minum yang paling akhir, aku tahu diri. Tiba-tiba si Opik yang "jeger" kelas punya ide jahat kepadaku. Di teras tempat kami pada duduk, ada tahi kotok, udah lumayan kering, diperkirakan tahi kotok kemarin atau yang tadi pagi. si Opik bilang "si Erik suruh jilat tahi kotok euy!!" para pengikutnya seperti si Aep, si Tantan, si Oki langsung mengamini celetukan si Opik. "cepetan!, kalau engga, ga bakal di ajakin maen lagi" ucap Opik setengah membentak. "Iya euy", "biarin suruh idup sendiri" celetuk para followers si Opik. Aku bingung, jelas-jelas cenderung ketakutan, kutelan ludah perlahan diakhiri ekspresi meringis jijik.

Belum juga belum aku terhanyut menikmati kesempitan ini, rasa bingung, takut, kesel, marah yang tak bisa keluar semuanya berkumpul di dada. mukaku aku tekuk hingga fokus pandanganku cuma ke sendal yang ku pakai.. tiba-tiba pandangan itu menghitam.. menghitam.. sayup-sayup Ryan berseru "sok, kalau berani saya kasih imbalan lah, 5 ribu, sok..." dan BOOMMM.. Aku merasa menjadi orang lain, mulutku berucap cepat, komat-kamit tak terkendali, Tangan ku tiba-tiba mengepal bergetar, saling susul dengan irama nafasku yang tidak tersusun seperti biasanya.. entah siapa yang mengedalikan ku, kemudian aku berucap:

"hey kalian, anak-anak kurang edukasi, sadarkah yang kalian lakukan ke si Erika akan mengeliminasi kalian dari nilai sosial dalam tatanan kemasyarakatan?, seenaknya menginterfensi orang, aku tahu, yang kalian lakukan ke si Erika adalah modifikasi dari prilaku senaknya orang tua kalian memperlakukan kalian selama ini kan?. Kalian hanya plagiator, katalis dari budaya patronisme yang salah kaprah. heh Opik, mentang-mentang kamu alfa, kamu arahkan individu-individu beta-mu untuk menjahati Erika yang okta. kalau berani ayo lawan aku, dasar orang cupet ga bisa mikir, bisanya ngandelin fisik doang.."

Opik dan followers termasuk Ryan kaget tak terkira melihatku yang seperti kesurupan, setiap ucapan yang keluar dari entah siapa itu melalui mulutku membuat mereka semakin ketakutan. Aku masih dalam keadaan setengah sadar bisa melihat setiap ekspresi takut pada mereka. Aku melihat wajar, kita di kampung sangat terbiasa dengan hal klenik, santet, kesurupan, Pa macan, jalangkung, pelet dll. bahkan akupun mengira, aku sedang dirasuki roh nenek moyangku.

mulutku kembali melanjutkan "gini aja, aku punya pusaka Suni Rangkas Geni Kahuripan, siapa yang mau menjilat tikotok itu, lalu malam nya mandi pakai air mulang, aku akan datang melalui mimpi untuk menunjukan dimana pusaka itu berada"

Si Opik yang terlihat penuh konsentrasi, loncat dari posisinya, menghampiri tahi kotok, "depa" mengambil ancang-ancang seperti harimau mengambil minum di tepi sungai. sambil menatapku pertanda ingin diperhatikan, dia menjilat tahi kotok itu, "leup.. leup.. leup", tanpa ragu menujukan 100% keyakinan nya kepadaku. Para followersnya membisu, ada juga yang berbisik "keberanian nya mah no 1 euy si Opik, edan gitu ngejar kanuragan"...

setelah kejadian itu teman-temanku menghormatiku, menganggapku ampir setara dengan si Opik. aku selalu jadi orang ke-2 setelah si Opik kalau maen SEGA di rumahnya Ryan, ga pernah lagi disuruh-suruh, bahkan aku sudah berani nyuruh si Aep atau si Oki.


Aku Erika, ternyata hobiku acting.

TAMAT

7 komentar:

  1. keren euuy twistnya! ga nyangka yoga bisaan euy.

    applause

    BalasHapus
  2. beuh, kirain twistnya itu Erika itu sebenarnya adalah Erik :D

    BalasHapus
  3. Sadis! Sungguh twist yang tak terduga. Erika memesona.

    BalasHapus
  4. masukan dikit yaa kk :)

    Di paragraf 5 ada kata2 .. Aku merasa menjadi orang lain, mulutku berucap cepat, komat-kamit tak terkendali, Tangan ku tiba-tiba mengepal bergetar, entah siapa yang mengedalikan ku ,, paragraf selanjutnya ada kata2 .. Aku masih dalam keadaan setengah sadar ... semuanya terjadi seolah tanpa kendali si Erika, jadi si Erika ini beneran kesurupan atau akting ?? Apakah akting bisa ada level si Pelaku ga sadar atas apa yg dia perbuat ?? penasaran sh ..

    Lalu,,
    di paragraf 6 ada kata2 ilmiah dan ajaib kayak edukasi, eliminasi, tatanan kemasyarakatan, interfensi, modifikasi, plagiator, katalis, patronisme, salah kaprah dll dll ,, semuanya diucapkan oleh erika yg masih 8 tahun (sekitar kelas 3 SD kali yaa), aku ga yakin sh anak kelas 3 SD udah ngerti kata2 itu, kallau sekedar tau sh atau pernah denger sh mungkin aja, tapi kata2nya itu diucapkan pas pada tempatnya (menurut gue) dan bisa dimengerti ,, kalo diucapkan kaya si Vicky Prasetyo rasanya masih masuk akal :)
    Mungkin lebih enak kalo si erika tiba2 ngaku Sebagai Anak Nyi Roro kidul yang sedang bertapa di gunung sawal, ngerasa keganggu karena ulah si Opik yg ngeganggu si erika mulu ,,,,, nah, itu bisa dimasukan ke cerita, kan katanya di kampung sangat terbiasa dengan hal klenik :)

    well, gitu aja paling ,, semangat kk Yoga

    BalasHapus
  5. ka eiman, nanti di jelasin di cerita2 selanjutnya kenapa erika begitu hahahah (harus nyari bahan deh) :))

    BalasHapus
  6. Kalo kata aku, spirit si cerita ini udah bagus. Ada playfulness, ada komedi, tapi memang perlu dipoles lagi. Gw agak setuju dengan komen Jeiman. Kalo misalnya Erika tahu dia berakting, kalimat terakhir dimana dia menyadari kemampuan aktingnya agak aneh, karena kesannya selama dia beneran berakting, dia ga sadar bahwa dia memiliki bakat itu. Di sini agak pelik nih: kalau lu pengen pembaca merasa bahwa Erika beneran kesurupan di awal (untuk nanti lu kasih twist), memakai sudut pandang orang pertama agak kurang pas karena memberi keanehan seperti yang diungkapkan Om Jei. Lu bisa pake sudut pandang orang ketiga (terbatas atau mahatahu), atau mengganti naratornya ke karakter lain yang 'tertipu' oleh Erika.

    Bisa aja sih pake sudut pandang orang pertama yang tidak bisa dipercaya (unreliable narrator), tapi ini perlu keterampilan lagi, krn kita perlu ngasih kontradiksi antara pengamatan narator dan kejadian sebenarnya.

    Terus, masalah kedua adalah cerita ini kurang compact. Kurang mangkus dan sangkil (efektif dan efisien). Yang lu lakukan di awal adalah info dump (Erika suka dibully, dan ada anak baru dari kota) yang satu, kurang bisa menarik pembaca ke ceritanya dan dua, sudah bisa terjelaskan di serangkaian kejadian inti yang di rumah anak baru. Coba misalnya kalimat pertama adalah "Aku akan menceritakan kejadian dimana aku pertama kali aku menyadari aku pandai berekting." Opening seperti ini memang ga bisa ngasi twist, tapi menurut gw pembaca akan langsung kecantol.

    Tips: fokus ke sebuah kejadian 'di sini' dan 'sekarang'. Kalau lu merasa perlu menjembrengkan info, taburkan sepanjang cerita, bukan dikumpulkan di satu bagian cerita, karena itu membuat alur cerita berhenti krn pembaca harus ditarik keluar dari cerita dulu untuk belajar sesuatu. Not good. Kalau ada lompatan waktu (kayak paragraf sebelum paragraf terakhir), kasih pembatas yang jelas seperti spasi lebih banyak atau -------- gitu.

    Jangan menyerah Om Yog. You can do it. Semoga membantuuu <3

    BalasHapus
  7. Bodor ceritanya. Bahasanya yoga banget udah ciri khas kayanya.
    Dan erika kayanya nama samaran yoga semasa kecil ya haha

    BalasHapus