Kamis, 11 Februari 2016

[KETUMBI] KIRANA (Part 2)

Tidak ada yang pernah mendengar bahwa seorang bidadari lahir dari ketumbi. Tapi itulah Kirana. Mereka selalu menganggapku gila jika aku menyatakan aku jatuh cinta pada seorang Kirana.

"Kirana itu bispak, Brad. Lo mau ketularan penyakit?"

"Cewek bawaan om-om gitu Lo kecengin? Ih kalo gw sih ogah!"

Dan banyak penolakan lain yang menganggap Kirana itu wanita 'murah', melakukan segalanya demi uang. Tapi mereka tida pernah melihat Kirana seperti aku melihatnya. Aku tidak menampik pernah membayangkan Kirana dalam adegan yang tidak senonoh denganku, hey wajar bukan seorang lelaki normal sepertiku tergoda oleh lekukan antara dagu dan lehernya yang jenjang? Mengharap aku dapat menghirup feromon dari sumbernya langsung.

Namun aku tidak pernah berniat melecehkan dalam hal apapun. Aku justru melihat dia seperti seorang bidadari yang terlupa siapa dia sesungguhnya. Berita santer mengenai Kirana sudah terlalu lantang didengar. Hidupnya yang berpesta pora, mobil yang berganti tiap hari dengan senyum lelaki hidung belang yang merayunya masuk. Ah aku tidak peduli, Kirana adalah Kirana yang berjalan di depanku kala hujan sambil menangis.

Pernah suatu hari aku menemuinya bersembunyi di balik gedung kelab malam gemetaran dan terengah. Pipinya kelam karena lebam. Aku hanya berdiri menyaksikan tanpa berani menghampirinya karena aku mendengar ada derap kaki mengejarnya. Seberapa keras dia bersembunyi, lorong itu tidak menyediakan banyak ruang untuk menghindar. Dua laki-laki setengah mabuk menyeretnya dan dia hanya terisak setelah sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya yang cantik.

Seminggu kemudian baru kembali aku mendapati Kirana masuk kelas, dengan wajahnya yang ceria. Berkumpul dengan teman-teman yang lebih mirip dengan boneka Barbie. Aku lega, setidaknya Kirana baik-baik saja.




Cerita sebelumnya:

8 komentar:

  1. "lekukan antara dagu dan lehernya"

    jakun? :(

    BalasHapus
  2. Lo telat nih Fir, kemarin di grup Whatsapp sebetulnya udah ada pembicaraan bahwa untuk tiap tema, telat itu waktu toleransinya 2 hari setelah tanggal akhir yang tertera di halaman Tema ( http://cemarabercerita.blogspot.co.id/p/tema.html ) tapi karena ini baru ditentukan, masih ada toleransi ya untuk ini. Batas waktu ini maksudnya supaya kita belajar menepati deadline dan janji.

    Lalu di tiap cerita, label / tag resmi tema itu formatnya adalah "Tema [nama tema]", contoh untuk tema ketumbi, tag resminya adalah "Tema Ketumbi", ini supaya cerita bisa diakses per tema via menu di sidebar kanan.

    Thanks partisipasinya Fir.

    BalasHapus
  3. Oke om. Ni delete post aja yak. Aku share di blog aku aja yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. biarin aja Fir, masa yang bikin tema gak submit, yang berikutnya jangan telat ya :D

      Hapus
  4. Kirana ini akan cerita panjang ya? Kalo gitu gw nunggu aja deh sampe agak panjang baru bisa menilai. Karena yang ini terasa bukan sebagai cerpen tapi seperti sebuah bagian yang lebih besar.

    Tapi di sisi lain, gw nilai juga secara cerpen berdiri sendiri ya. Secara cerpen mandiri, gw pribadi lebih seneng kalo lu fokus ke satu kejadian, terus hal-hal seperti info atau perasaan narator pada Kirana dijalin ke dalam kejadian itu. Diharapkan kalo begitu impact cerita ini bisa lebih besar. Kayaknya kalaupun ini adalah sebuah cerita besar, setidaknya setiap partnya punya tujuan, fokus dan impact ke pembaca, meskipun mereka bacanya random ga berurutan partnya.

    Gitu aja sih kalo menurut eke.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sih, gw juga merasa kalo ini kurang 'utuh' karena asalnya panjaaang banget. terus gw edit jadi malah pendek. akan saya perbaiki di versi satunya. terima kasih kakaaak.

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus