Senin, 01 Februari 2016

[KETUMBI] Dijamin

Kamto

Namaku Kamto, siswa SMA kelas XII. Aku tinggal di kampung ini sejak kecil. Badanku kekar dan kuat, selalu begitu sejak lahir kecuali ketika pertama kali aku melihat bidadari turun ke bumi lima tahun lalu. Saat itu baru selesai waktu istirahat sekolah, ia memasuki kelasku, lututku dan badanku lemas, begitu saja duniaku kini terbolak-balik.

Mini namanya, nama yang pas dengan posturnya yang mungil dan wajahnya yang cantik dan imut. Aku yang biasa dianggap pemimpin oleh teman-teman bagai kerbau dicocok hidung. Kemana saja Mini melangkah, kepalaku pasti menoleh.

Mini jual mahal, dan memang seharusnya begitulah wanita, tidak murahan seperti si Darsih yang gampang ganti pacar itu. Tiap kali aku mendekat, Mini pasti pura-pura menoleh ke arah lain, ugh imutnya! Pasti dia malu. Aku tahu pasti susah baginya untuk menahan perasaannya kepadaku. Aku gitu loh! Pintar dan atletis! Perempuan mana yang tidak tersipu-sipu denganku dan pandanganku yang tajam.

Akhirnya aku membulatkan tekad untuk membantu Mini menghilangkan rasa malunya. Obrolan dengan Pak Samsyul penjaga sekolah membuahkan hasil, ia memberitahuku tentang Ki Ageng Mangkujagat, satu-satunya 'orang pintar' yang berani memberikan garansi uang kembali. Bayangkan! Kalau berani garansi berarti dia benar-benar sakti kan?

Jadi di sinilah aku sekarang, di depan rumah Ki Ageng menunggu giliran untuk bertemu orang sakti itu. Beberapa lama aku menunggu, sampai seorang tua berjanggut putih lebat keluar terbungkuk mengintip dari pintu dan memberikanku isyarat untuk masuk.

Aku menceritakan segalanya kepada Ki Ageng. Ia dengarkan ceritaku sambil memilin kumisnya yang tak kalah putih dan lebat dibanding janggutnya. Kepalanya tertutup blangkon yang sepertinya sama tuanya dengan dirinya.

Ki Ageng mengangguk-angguk, setelah terdiam memerhatikan asap menyan di hadapannya beberapa saat dia berkata "hmmm.. Nasib baik bersamamu Nak. Aki lihat memang anak perempuan itu suka sama Anakanda, tapi dia malu.."

"tuh kan benar!"

"Sepertinya dia cinta sama Anakanda... Supaya lebih yakin, Aki bisa bantu kirim pelet untuk tutup mata hati anak itu ke laki-laki lain.. Tapi tarifnya dobel.. Anakanda mau? "

"Mau Ki!"

---------------
Mini

Namaku Karminah, biasa dipanggil Mini. Aku pindah ke kampung ini karena ayahku dipindahtugaskan ke desa pedalaman ini lima tahun lalu. Desa yang jauh dari peradaban ini. Orang-orang di desa ini agak bodoh, ups.. lugu, maaf.

Sebenarnya aku ingin balik lagi ke kota, aku lebih cocok di sana, di mana baju-baju modis, tren dan berita terkini mudah didapat. Kalau mau jujur sebenernya aku sudah muak pura-pura baik kepada orang-orang lugu ini. Apalagi karena aku cantik, banyak anak laki-laki yang menunjukkan perhatian berlebihan. Misalnya si Kamto, anak petani talas yang preman sekolah itu. Berkali-kali aku memberikan tanda aku tak tertarik, aku buang muka setiap kali ia mendekat, tapi dia malah senyum-senyum sambil menatap dengan matanya yang agak jereng itu.

Cukup! Aku muak! Untung aku dengar dari temanku, ia pernah diberitahu oleh penjaga sekolahku (aku lupa namanya) mengenai seorang dukun sakti yang berani memberi jaminan uang kembali. Jadi di sinilah aku, berhadapan dengan pak tua berkumis dan berjanggut putih tebal ini. Pak tua genit yang berani-beraninya menggodaku tadi.. Cih.

Aku ceritakan perihal si sialan Kamto itu, pak tua mengangguk-angguk, lalu dia bilang "ya ya ya, Anakanda pantas khawatir, dia itu memang buaya, dia rayu kiri-kanan, sebentar juga dia lupa sama kamu. Supaya lebih yakin, Aki bisa kirim doa supaya anak laki-laki ini tidak ganggu Anakanda lagi. Tapi tarifnya dobel.. Anakanda mau?"

"ah persetan, kalau gagal kan uangku dikembalikan juga."

"Mau Ki!"

---------------
Ferry

Namaku Ferry, aku lulusan SMA berusia 30 tahun yang nyasar ke kampung ini sepuluh tahun lalu karena kabur dari orang tuaku. Pekerjaanku hari ini baru saja selesai. Capek juga seharian harus membongkok-bongkok. Kumis dan janggut palsu ini juga sudah mulai bau apek, cadangannya belum kering karena beberapa hari ini hujan terus.

Aku buka praktek mulai jam tiga sore sampai jam tujuh malam. Orang tuaku selalu bilang aku pintar tapi terlalu malas dan tak akan bisa menghidupi diri sendiri. Makan tuh kata-kata kalian, aku hidup makmur di kampung ini, disucikan malah.

Kasus yang aku tangani macam-macam. Karena ini kampung petani, paling sering semacam "Ki, apakah akan turun hujan?" pertanyaan seperti ini biasanya aku jawab dengan "ya" sebanyak 50%, dan "tidak" sebanyak 50%. Hujan ataupun tidak aku tetap hanya mengembalikan 50% dari seluruh uang yang aku terima.

Favoritku adalah pertanyaan semacam "kandidat mana yang bakal jadi kades, A atau B?" atau semacamnya, karena biasanya mereka rela bayar mahal. Biasanya aku akan survey kecil-kecilan tanpa memakai penyamaran. Apabila dukungan untuk A : B = 70:30, maka aku akan jawab dengan "A" sebanyak 70% dengan tarif 3/7x rupiah untuk setiap orang yang bertanya, dan aku jawab dengan "B" sebanyak 30% dengan tarif x rupiah untuk setiap orang yang bertanya. Aku hanya mengembalikan 50% dari seluruh uang yang aku terima. Aman.

Kalau pun toh "ramalan" ku gagal aku tinggal  bilang, "Kamu kurang percaya sama kata-kata Aki, makanya jadi kurang manjur," atau semacamnya.

Yang sering juga adalah pertanyaan seputar percintaan di kalangan remaja tanggung. Seperti dua remaja tadi, siapa namanya? Karno dan Titi kalau tak salah.. Oya, aku jadi ingat aku harus sisihkan komisi untuk Syamsul.

6 komentar:

  1. ilmiah dibagian akhirnya pak ,, ada perhitungan matematisnya
    mungkin harus saya teliti nh, siapa tau suatu hari nanti bisa dipake .. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan diteliti Pak, kalau bisa dipake kabar-kabarin ya :D

      Hapus
  2. Baguuuus. Aku suka!!! Mas bisa ngasih voice yg beda-beda ke tiap karakter. Akika sukriya. Eksperimen yang menarik mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, thanks komennya Yor, baguslah kalau suka :D

      Hapus